Mohon tunggu...
Mursyid Burhanuddin
Mursyid Burhanuddin Mohon Tunggu... Administrasi - Direktur

Dewan Pertimbangan Ikatan Penerbit Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar

16 Desember 2019   09:25 Diperbarui: 16 Desember 2019   09:36 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Saya kaget juga ketika Nadiem mengeluarkan kebijakan secepat itu. Tak perlu menunggu 100 hari. Ia telah mengeluarkan paket kebijakan "Ronde Pertama." Bahkan, ia berjanji akan mengeluarkan paket kebijakan pada ronde-ronde berikutnya. Yang lebih mendasar. Lebih strategis.

Saya berharap ia bisa mewujudkan paket kebijakan "Ronde Pertamanya" itu.

Agar menteri yang menjadi representasi dari generasi milineal ini, sukses. Agar Jokowi tidak saja dikenang di bidang infrastruktur --yang memang hebat itu. Tapi, juga kelak dikenang piawai di bidang pengembangan SDM.

Paket kebijakan yang berani seperti itu, memang yang harus dilakukan Nadiem.

Itu membuktikan bahwa ia telah melakukan terobosan yang signifikan. Di saat kualitas pendidikan kita masih begitu-begitu saja. Di saat berbagai upaya telah ditempuh, tapi tetap saja pendidikan kita terperosok di urutan bawah.

Paket kebijakan yang diusung Nadiem kali ini adalah "Merdeka Belajar."

Saya tahu kebijakan ini pasti menimbulkan pro kontra. Oleh karena itu, berani mencetuskan kebijakan seperti itu, saya kira sudah hebat. Apalagi bisa mewujudkannya. Siapa tahu nanti akan sukses besar.

Merdeka Belajar merupakan kebijakan yang berani. Karena inti dari kebijakan itu merupakan antitesis dari kebijakan sebelumnya. Di dalamnya memuat empat pokok kebijakan. Yang sudah dijelaskan secara gamblang oleh Nadiem di hadapan DPR RI.

Pertama, tentang USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional).

Kelak USBN akan dikembalikan pada "khittah-nya." Yang berhak menilai siswa hanya guru. Begitulah amanat UU Sisdiknas. Para guru dianggap paling memahami kemampuan siswanya.

Model asesmen pengganti USBN nanti, tidak hanya berupa tes tertulis. Bentuknya lebih fleksibel. Bisa berupa penugasan, portofolio, dan project kolaboratif. Pelaksanaannya juga tidak harus di penghujung tahun ajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun