Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resolusi Suci Ayu Latifah "Ketika Aku Ingin..."

23 Juli 2019   21:20 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah pemimpi kecil. Sejak kecil mimpiku besar. Aku memiliki cita-cita ribuan yang ingin aku capai semua. Ingin, ingin, dan selalu ingin selalu muncul. Semua cita-cita kutulis di buku catatan harian. Hampir seratus cita-cita yang aku tulis, termasuk cita-cita ingin menjadi pawarta di media. Ya, aku pernah berkeinginan menjadi pawarta. Sebenarnya harapan itu tidak pernah terpikir. Hanya saja, ada salah satu guru yang pernah mengatakan, "Letakkan potensimu pada tempatnya. Kalau kamu pandai bicara bisa menjadi penyiar seperti di radio dan televisi."

Kata-kata itu dilontarkan Bu Edy saat kami duduk di depan ruang TU. Beliau menilai aku pandai bicara. Karenanya, beliau menyarankan untuk menyumbangkan suara di media. Usai obrolan yang cukup panjang itu, aku selalu teringat. Tak sadar bahwa ada ada kelebihan dibidang dunia suara. Tak nyana, suntikkan kata-kata itu menjadi gema dalam diri. Aku belajar menjadi penyiar secara mandiri lewat mendengarkan siaran di radio. Mengapa radio tidak televisi? Karena aku tidak memiliki televisi. Ehh, tepatnya punya, tapi tidak bisa dipakai. Lalu, apa artinya?

Aku hobi mendengarkan acara di radio. Ya, memang itu hiburanku satu-satunya. Hp, sebenarnya ada. Tapi kendala paketan. Jadi hiburan di Hp ya mendengarkan lagu juga foto-foto. Setiap hari, ketika tidak ada kegiatan aku banyak menguping radio. Siaran yang biasa aku putar adalah Gema Surya, Romansa, Rahayu, Duta, Songgolangit, dan masih banyak lagi. Kadang aku coba, menirukan gaya siaran para penyiar radio.

Selamat pagi pendengar, kembali bersama saya, Suci Ayu Latifah di pagi yang cerah ini. Kembali radio kesayangan Ponorogo ... menyapa hari-hari Anda. Pada kesempatan ini saya akan menemani pagi Anda dua jam on air. Beranjak pukul 8 hingga 10 waktu indonesia barat.

Salam buat pendengar yang sedang bekerja, tetap semangat. Dan kepada pelajar Ponorogo, terus belajar menggapai cita-cita. Ya, kali ini dalam tema ... bagi pendengar kesayangan radio ... bisa titip salam dan request lagu. SMS atau telepon di nomor .... Oke, saya tunggu. Mari bersama kita dengarkan sebuah lagu dari .... Cekidot.

 

Demikian itu latihan ketika aku menjadi penyiar. Senang rasanya bisa menyapa saudara di udara. Tak hanya harapan. Suatu sore, ketika mendearkan stasiun radio 99,2 FM radio Songgolangit, menginformasikan lowongan menjadi penyiar. Aku tertarik mendengarnya. Kemudian aku konsultasi kepada orang tua untuk mencoba memasukkan lowongan. Awalnya orang tua tidak mengizinkan, dengan alasan: (1) lokasi siaran jauh dari rumah, (2) masih sekolah, (3), takut mengganggu prestasi dan kegiatan sekolah, (4) sebentar lagi fokus belajar untuk ujian.

Benar, alasan-alasan itu. Tapi, aku tidak menyerah, aku terus meyakinkan kepada kedua orang tua bahwa bisa membagi waktu sebaik mungkin. Akhirnya, setelah beberapa pertimbangan, ayah dan ibu memberi kesempatan. Keduanya mengizinkanku memasukkan lowongan dan melakukan masa training selama kurang lebih tiga bulan. Bismillah, lamaran aku kirimkan, dan diterima salah satu pekerja di sana. Yaitu Mas Rizki. Setelah banyak mengobrol, ternyata Mas Rizki belum lama menjadi penyiar di situ. Dia banyak cerita masa trainingnya. Ya sukanya apa dukanya apa. Dia masih kuliah di IAIN semester 5 jurusan PAI.

Selang beberapa waktu, setelah cukup mengobrol, aku pamit pulang. Namun sebelum itu, datanglah senior penyiar laki-laki. Kami sempat ngobrol sebentar. Baiknya, laki-laki bertubuh tinggi itu mengajakku masuk ruang on air. Ya, perkenalan awal katanya. Bagaimana kondisi saat on air. Alangkah terkejutnya aku. Ada perangkat-perangkat yang dioperasikan. Berhadapan dengan mikrofone, komputer dan sound.

Tak berapa lama, aku segera pamit karena hari sudah sore. Di perjalanan, aku membayangkan saat on air. Apa yang harus aku lakukan, lagu apa yang aku putar, dan bagaimana supaya pendengar tertarik dengan acara siaranku. Dan yang paling penting, bagaimana cara mengondisikan suasana siaran asyik dan enak didengar, tidak garing. Aku terus berlatih siaran. Saat masak, di kamar mandi, saat menyapu, dan sebelum tidur. aku membayangkan menjadi penyiar yang banyak digemari pendengar. Doaku sebelum tidur.

Masa training. Didampingi Kak Vegha, aku siaran. Pertama kali siaran aku duet dengan penyiar senior itu. Sedikit, sedikit aku masih terlihat gugup dan kebingung. Namun, setelah berjalan ke sini mulai akrab dengan kondisi. Perlahan, aku pun dilepas untuk membawakan acara sendiri. Saat itu, yang aku bawakan adalah acara campursari. Karenanya itu, aku banyak mencari tentang lagu campursari, supaya ketika mengobrol via telepon dengan pendengar tidak terlihat kurang tahu lagu yang diminta. Ya, seakan-akan saat on air saya harus terjun secara totalitas.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun