Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Susu

10 Februari 2019   08:59 Diperbarui: 10 Februari 2019   09:26 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pxhere.com

#Cermin

Segelas susu di atas meja adalah rinduku pada Bapak. Setiap pagi, sebelum aku berangkat sekolah, Bapak menuangkan susu bubuk dalam gelas kosong. Dua sendok susu bubuk rasa vanila mengambang di gelas bening bergambar bunga-bunga. Diaduk supaya menyatu, begitu air mendidih bertemu dengan butiran halus susu.

Seteguk. Susu rasa vanila kesukaanku meninggal jejak pada pinggiran mulut. Aku melumat dengan lidah memutar.

Di hari lain, Bapak tak menuangkan susu dalam gelas. Ibu yang menggantikan. Menunggu sembari memakai baju sekolah. Sepatu dan kaos kaki berbaris di tepi pintu. Dituangkannya dua sendok susu bubuk rasa vanila. Ada buih mengambang begitu air mendidih dituangkan. Sendok menari-nari.

Ada dua gelas susu di wajah meja. Seperti biasa, satu untukku rasa vanila, dan satunya untuk adikku rasa coklat. Kami meneguk bersama. Menikmati buih bergelombang. Sukaku melumat sisa di pinggiran mulut. Adik tertawa kala candaku 'hingga tetas terakhir'

Susu Bapak dan susu Ibu adalah sama-sama susunya. Sama rasanya. Namun, yang tak ku tahu, bagaimana susu itu masuk dan merogoh kerongkonganku, kemudian menjelajahi tubuhku bersama aliran darah. Rasa susu Bapak lebih lama tinggal di mulut, sampai di suatu hari Ibu memarahiku supaya segera menelan.

"Jangan dibuat main-main. Nanti kamu muntah," celetuk Ibu suatu hari.

Susu buatan Bapak memang beda, meski kalengnya sama. Ada rasa yang tak bisa kubaca dan tafsirkan dengan kata. Kalaupun diminta menuliskan, aku juga tidak tahu akan menyusunnya menggunakan huruf apa.

Rinduku pada susu Bapak. Susu yang sama tapi rasa beda. Setiap teguknya ada cinta. Setiap buihnya ada kasih, dan ketika aku menikmati susu Bapak, ada dua energi cinta dan kasih mengalir sempurna di tubuhku bersama darah.

Ibu cintaiku. Ibu kasihiku. Tapi, aku tidak tahu, bagaimana Bapak meracik cinta dan kasih itu dalam segelas susu setiap pagi sebelum aku berangkat ke sekolah.

#2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun