Menulis sebagai sebuah kebutuhan. Dalam konteks ini, yang namanya kebutuhan itu ada tiga macam, yakni kebutuhan primer atau pokok, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer adalah suatu kebutuhan yang utama, sehingga harus terpenuhi. Sebagai contoh, setiap hari manusia membutuhkan makanan.Â
Untuk itu, manusia harus memenuhi kebutuhan tersebut. Sebab ketika seseorang makan, berarti tidak saja lulus dalam pemenuhan kebutuhan utama, tetapi juga lebih pada kebutuhan fisik. Namun sebaliknya, jika manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya (makan), maka asupan gizi tubuhnya tidak terpenuhi. Mengapa demikian?
Ketika fisik atau tubuh tidak diberi energi (kekuatan) dari makan maka tubuh akan sakit. Kalau tubuh sakit, kita tidak dapat melakukan aktivitas. Maka dalam hal ini, juga mengingatkan bahwa kesehatan itu nomor satu. Sehat itu kenikmatan dan sehat itu adalah buah kebahagiaan.
Seseorang yang sehat pasti bahagia karena tidak ada suatu problem dalam diri yang serius. Coba bayangkan kalau tubuh terasa sakit, pasti harus istirahat total (beatresh) guna memulihkan kondisi seperti sedia kala.Â
Berbicara soal kesehatan, juga berkaitan dengan point kedua. Berdasarkan penelitian, 90% penyakit itu berasal dari pikiran. Artinya, ketika pikiran kita terganggu maka tidak dapat dipastikan hal yang tidak mungkin, menjadi mungkin saja terjadi. Apalagi jika berdampak pada kejiwaan yang serius.
Untuk itu, solusi yang tepat untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut adalah "menulis". Mengapa menulis? Melalui tulisan semua masalah akan terekam dalam goresan pena, sehingga akan menimbulkan kepuasan  diri seseorang tanpa harus bersikap diskriminatif misalnya. Menulis juga sarana untuk mencatat hal-hal yang buruk dengan tujuan sebagai pembelajaran di kemudian hari. Selain itu, menulis juga dapat melatih seseorang untuk bersabar.
Nah, dengan begitu usahakan setiap hari untuk menulis---menuangkan pikiran dengan sehat. Sebab, kita sadar setiap hari, bahkan setiap menit permasalahn (konflik) selalu hadir di tengah-tengah kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, lebih baik tuangkan permasalahan itu lewat pena, dalam goresan tinta hitam yang siap mewadahi segala resah dan gelisah manusia.
Jadi, sudahkah hari ini menulis?*
Suci Ayu Latifah. Mahasiswi STKIP PGRI Ponorogo, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2015 R.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI