Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sudahkah Hari Ini Menulis?

21 Desember 2018   21:23 Diperbarui: 21 Desember 2018   21:41 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Redi Panuju dalam buku Menulislah Dengan Marah, sebagaimana dilansir Arswendo Atmowiloto, mengingatkan kita bahwa menulis itu gampang. Dalam buku tersebut, ada tiga point yang menarik untuk dipelajari guna praktik menulis.

Kemenarikan buku tersebut Pertama, menulis adalah aktivitas memindahkan pengalaman. Kedua, menulis sebagai sarana katarsis untuk mengeluarkan kesumpekan batin. Dan ketiga, menulis sebagai sebuah kebutuhan. Ketiga point tersebut, Redi paparkan di awal buku 'Hakikat Menulis' dengan ilustrasi detail hingga akar-akarnya.

Menulis adalah aktivitas memindahkan pengalaman. Dalam hal ini, tentu bukan suatu persoalan yang rumit. Setiap manusia pastilah memiliki pengalaman hidup. Baik pengalaman membaca, pengalaman travelling, pengalaman imajinatif, hingga pengalaman orang lain. Ironisnya,  tidak banyak orang yang mendokumentasikan pengalaman hidupnya lewat tulisan.

Pengalaman pada hakikatnya dapat dijadikan cerminan menuju masa depan. Setiap kejadian atau peristiwa yang pernah kita lewati dapat dijadikan suatu pembelajaran efektif dalam bertindak di kemudian hari. Dengan harapan, tidak akan jatuh di lubang yang sama.

Tidak semua pengalaman itu selalu buruk. Ada juga pengalaman yang baik dan mengesanan. Sebutlah, ketika seseorang memiliki pengalaman lomba lari dan mendapatkan juara, pasti akan lebih mengesankan apabila moment itu mampu terdokumentasikan lewat tulisan. Bukan sekadar gambar ataupun foto. Dokumentasi lewat tulisan sewaktu-waktu dapat kita baca. Sekadar mengingat kisah masa lalu sebagai pertimbangan menuju masa depan.

Pengalaman yang tertuliskan, secara logika akan berdampak pada program pikiran bawah sadar seseorang. Entah menjadi bangkit, sadar, atau justru hanyut. Sebenarnya setiap kejadian yang hadir merupakan sarana pembelajaran. Pengalaman menarik hari ini misal, dapat kita jadikan menu belajar yang tepat dalam perjalanan hidup atau sejarah kehidupan (history life). Bahkan lebih tepat lagi kalau kita mampu menuliskannya.

Menulis sebagai sarana katarsis untuk mengeluarkan kesumpekan batin. Pada point ini, mengingat kita akan fenomenal kemiskinan moral yang melanda Indonesia beberapa waktu lalu. Salah satu kemiskinan moral tersebut adalah penyimpangan sosial. Misalnya, penculikan, pemerkosaan, pencurian, pembunuhan, penindasan HAM, dan lain sebagainya. 

Salah satu penyebab munculnya penyimpangan di atas adalah seseorang mendapatkan hantaman dan desakan hidup, sedangkan ia tidak dapat mengontrol diri. Tuntutan akan kebutuhan hidup menjadi salah satu alasan seseorang untuk melakukan aksi macam pencurian misalnya, hingga bertindak pada pembunuhan terhadap pihak yang bersangkutan. 

Hidup seseorang diibaratkan seperti pendakian gunung. Kita dihadapkan jurang, tebing, pohonan tinggi, batuan besar, dan kerikil yang bisa saja menjatuhkan, bahkan menggagalkan pendakian. 

Dalam hal ini, seorang pendaki harus mampu melampaui untuk mencapai puncak gunung. Sama seperti hidup kita. Setiap kehidupan pasti memiliki problematika hidup yang harus dihadapi. Entah itu problem antar sesama, keluarga, kerabat ataupun batin. Ya, itulah hidup.

Untuk itu, dalam buku ini Redi menawarkan sebuah solusi berbeda untuk menyelesaikan persoalan hidup, yaitu dengan cara menuliskan semua persoalan kita dengan menulis. Dengan menulis, kita dapat menumpahkan segala resah, gelisah, unek-unek, pikiran yang berseliweran melalui untaian kata pada secarik kertas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun