Mohon tunggu...
Mbak Day
Mbak Day Mohon Tunggu... -

A mother of two wonderful children. Dreaming to have a magical door to go where she wants

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak ada Intan yang Sempurna

13 April 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:40 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wajahnya masih sama seperti dulu.  Cantik, dengan kulit putih bersih, mata cerah dan lebar, hidung mancung, dan sedikit lesung pipit di sebelah kiri bibirnya yang cerah.  Sejak dulu kamu selalu menjadi teman baikku yang cantik dan manis.  Bentuk tubuhnya juga tidak berubah.  Tetap langsing dengan tinggi badan di atas rata-rata perempuan Indonesia.  Mungkin seharusnya temanku ini menjadi foto model atau artis papan atas.  Kalau dilihat sepintas, wajah dan posturnya memang mirip artis top Indonesia tahun 80 an.  Aku jadi tersenyum sendiri saat membandingkan 'wujud' temanku itu dengan wujudku sendiri yang sudah mengalami metamorfosa berkali-kali sejak jaman kita masih di bangku kuliah dulu sampai hari ini setelah saya memiliki dua orang anak- dari kurus kering - berisi - langsing - overweight - kurus lagi - dan akhirnya mandek dengan bentuk tubuh 'sedikit padat' (bahasa halus untuk menghindari kata 'gemuk').

Sejak dulu aku selalu mengagumi  kecantikan kawanku yang satu ini.  Selain cantik, dia juga berotak cemerlang sehingga bisa diterima di salah satu fakultas paling bergengsi di Universitas Negeri papan atas  di Jakarta.  Dulu aku selalu berpikir, mengapa semua kebaikan dari Tuhan diberikan kepada temanku ini?  Apakah tidak ada cela yang perlu ditimpakan kepadanya? Hahaha, ini hanya pertanyaan dari orang yang iri dengan segala hal baik yang dimiliki kawan saya itu.

Hampir 16 tahun  sudah berlalu.  Selama rentang waktu itu, komunikasi antara aku dan temanku itu menjadi semakin jarang. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan pribadi masing-masing.  Sampai kemarin malam.. akhirnya kita bisa berjumpa dan mengobrol panjang lebar mengenang masa-masa memalukan sewaktu kita masih jadi mahasiswa.  Sampai akhirnya kita saling bertukar kisah mengenai keluarga, kehidupan percintaan, dan hal-hal lainnya.  Wah.. si cantik ternyata masih menjomblo! Ia pun kemudian mengisahkan berbagai pengalaman dan petualangan cintanya dengan berbagai lelaki yang pernah menjadi teman dekat atau pacarnya.  Hampir semua lelaki itu sebetulnya tergolong lelaki berpendidikan, terpandang, bahkan sukses dalam karir sehingga memiliki posisi top management di tempat kerja mereka.  Profil mereka amat pas menjadi lelaki idaman para gadis dan wanita.  Hhmm... pantas saja para lelaki itu pernah mempunyai hubungan spesial dengan  temanku itu... karena temanku juga cantik, pintar dan memiliki karir yang bagus.

Sambil menceritakan kisah hidupnya, sesekali aku menangkap kesan kegelisahan di mata kawanku itu.  Beberapa kali aku mencoba menghiburnya dengan melempar gurauan atau ejekan seperti: "buruan cari suami.. jangan sampe nanti gua dateng ke kawinan lo sama anak gadis gua yang udah gandeng cowoknya..." Gurauanku itu cuma ditanggapi dengan senyum tipis.

Setelah mengobrol selama hampir 3 jam... sampailah pembicaraan kita pada topik 'rahasia' yang sejak tadi terus muncul di benakku. Apa yang sebenarnya menimpa dirimu kawanku? Seperti ada kabut tebal yang menutupi keindahan cahaya di matamu...

Ternyata si cantik tidak benar-benar menjomblo alias single.  Pengakuannya sebagai jomblo hanya diberikan buatku seorang, karena aku adalah sahabatnya yang menurut dia selalu jadi orang yang paling bisa mengerti kondisi seseorang tanpa perlu menempelkan suatu ''label' atau 'judgement' apapun.

Kisah yang sebenarnya adalah, kawanku itu masih terikat dalam perkawinan dengan suaminya sekarang.  Mereka sudah menikah hampir 10 tahun, belum dikaruniai anak, masih tinggal serumah, tetapi hidup dengan keyakinan yang berbeda.  Kawanku adalah seorang muslimah, sedang suaminya memeluk agama Katholik.  Pada dua tahun pertama perkawinan, tidak ada masalah yang muncul diantara mereka.  Perbedaan agama bukan menjadi masalah besar buat mereka. Masing-masing bisa tetap menjalankan keyakinannya tanpa saling mengganggu satu sama lain.

Akan tetapi, memasuki tahun ke tiga pernikahan, keadaan mulai berubah.  Entah bagaimana awalnya... hubungan mereka menjadi dingin dan tidak ada gairah sama sekali.  Hubungan suami istri yang sebelumnya bisa rutin mereka lakukan, menjadi jarang dan semakin jarang sampai akhirnya tidak pernah sama sekali.  Walaupun mereka tetap tidur seranjang, sudah hampir 8 tahun mereka tidak saling berhubungan suami istri. "How could you...."  Itulah komentar spontan yang keluar dari mulutku yang akhirnya tidak jadi aku selesaikan ketika kulihat wajahnya yang muram.  "Yah begitulah... kita tetap hidup seperti layaknya sepasang suami istri.  Kami tetap menjalankan semua kewajiban istri dan suami, kecuali yang satu itu..." Kata temanku sambil mengaduk-ngaduk minuman di depannya.  Hal ini terjadi bukan karena suaminya kehilangan kejantanan, sulit ereksi, atau masalah seksual lainnya.  Sama sekali tidak ada masalah seperti itu.  Mereka sama-sama tidak lagi menemukan 'passion' diantara mereka, sehingga setiap memulai hubungan seks, rasanya mereka menjadi orang yang sama sekali tidak pernah saling kenal sebelumnya.  Benar-benar hal yang tidak masuk di akal saya.... tapi begitulah keadaannya.  Berbagai upaya sampai meminta bantuan profesionalpun sudah mereka coba.  Hasilnya tetap nihil.  Kian hari, mereka semakin takut dan malas untuk mencoba berhubungan seks, karena seperti berhubungan dengan orang asing.

Akupun kehilangan kata-kata, sampai akhirnya aku bertanya... "do you happy with that? have you ever discussed with your husband to sort out your problem?" Bah.. klasik sekali pertanyaanku itu... jawabannyapun sudah jelas, bahwa mereka tidak bahagia dengan situasi itu, sudah berkali-kali mereka mencoba membahasnya, tetap hasilnya nihil.

Terlepas dari kehidupan seksual mereka yang tidak berjalan normal, mereka berdua sama-sama enggan untuk bercerai atau pisah.  Mereka saling memegang teguh komitmen untuk tetap mempertahankan rumah tangga. Sampai akhirnya mereka membuat kesepakatan (ini yang menurut saya paling tidak masuk akal) untuk tidak bercerai, tetapi masing-masing diberi kebebasan untuk mencari pacar lagi.  Astagfirulloooh.... kepalaku seperti berdenyut kencang mendengar kisah temanku itu.  Setelah kesepakatan 'aneh' itu dibuat, sampai hari ini, masing-masing tetap belum mempergunakan 'kesempatan' itu.  Mereka mengaku sama-sama mengalami kesulitan untuk saling menghianati rasa cinta mereka.  Padahal, mereka berdua adalah pasangan yang sangat sempurna dan serasi.  Yang wanita cantik, suaminyapun ganteng dan sukses.  Seharusnya bukan hal yang sulit bagi mereka untuk sekedar mencari pacar atau selingkuhan.  Aku semakin bingung dan pusing mendengarnya.

Akhirnya, keluarlah pengakuan dari kawanku bahwa sesungguhnya dia sangat tersiksa dan tidak bahagia dengan keadaan ini.  Tetapi dia tidak berdaya untuk memaksa suaminya agar mau berhubungan suami istri dengan dia.  Selain itu... menurutnya, mereka berdua masih saling cinta dan tidak ingin menodai cinta mereka dengan adanya orang ketiga, apalagi untuk memutuskan bercerai.  Air matapun tiba-tiba menetes dari ujung matanya.  Sakit. Sedih.  Tak ada kalimat lagi yang keluar dari bibirnya. Kubiarkan saja itu terjadi, tanpa bertanya atau berkata sepatah katapun.  Tetapi aku tahu betul bahwa ada badai yang bergejolak di hatinya yang tengah terluka.   Ya Allah, Engkau yang Maha Adil dan Maha Berkuasa atas segala-galanya.  Begitu banyak hal baik yang telah kau berikan kepada sahabatku ini.  Lepaskanlah ia dari satu hal buruk ini, agar ia bisa melanjutkan sisa hidupnya dengan kebahagiaan.  Amiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun