Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mempersiapkan Dunia Kita di Masa Tua Nanti

3 November 2021   12:31 Diperbarui: 3 November 2021   18:41 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan untuk menerima pekerjaan di ibu kota, membuat hubungan saya dengan anak sulung agak merenggang. Karena saya tetap tidak mengizinkan dia ke Jakarta, sedangkan dia juga tidak mau melepaskan kesempatan tersebut. Apalagi ayah dan adik-adiknya mendukung. Jadinya saya kalah suara.

Meski dengan hati berat dan tidak rela, saya harus melepas dia untuk menemukan dunia barunya serta merengkuh masa depannya di tempat yang telah dia pilih.

Ibu (Ilustrasi foto diambil dari : aktual.com )
Ibu (Ilustrasi foto diambil dari : aktual.com )

ANAKMU BUKANLAH MILIKMU

Tidak mudah untuk selanjutnya melalui hari-hari yang jauh dari buah hati. Lebih dari 23 tahun selalu ada di samping dan melayani mereka dengan penuh cinta. Tapi saya juga tidak mau larut dalam kesedihan. Tiap hari saya selalu memotivasi diri, salah satunya dengan mencoba memahami cuplikan puisi dari Khalil Gibran:

Anakmu bukanlah milikmu

Mereka adalah putra putri sang Hidup

Yang rindu akan dirinya sendiri

Mereka lahir lewat engkau (Baca selengkapnya di sini)

Benar-benar mewek ketika mencoba memahami kalimat-kalimat tersebut diatas. Saya pun baru benar-benar bisa menyadari ketika sudah berjauhan. Betapa ternyata kita hanya dititipi. Bukan sepenuhnya memiliki.

MEMPERSIAPKAN DUNIA KITA DI MASA TUA NANTI

Kita tidak akan pernah tahu, usia kita akan berhenti sampai kapan. Semua orangtua pasti berharap, bisa berumur panjang. Bisa melihat anaknya berkeluarga dan ikut nungguin cucu. Yang pasti ingin dimasa tua tidak akan merepotkan dan membebani semua anak-anaknya sehingga anak-anak tidak sampai durhaka pada orangtua.

Saya sendiri sama suami sudah berkomitmen, nantinya diusahakan tidak akan tinggal ikut anak-anak kalau mereka sudah berkeluarga nanti. Kecuali saling mengunjungi. Karena kembali lagi seperti cuplikan dari puisi Khalil Gibran. Anak-anak sudah mempunyai kehidupan sendiri, terutama kalau sudah mempunyai keluarga sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun