Mohon tunggu...
Mbah Dharmodumadi
Mbah Dharmodumadi Mohon Tunggu... Dosen - Mbah Dharmodumadi / Wira Dharmadumadi Purwalodra adalah nama pena dari Muhammad Eko Purwanto

Simbah mung arep nulis, sa' karepe simbah wae, ojo mbok protes. Sing penting, saiki wacanen ning ojo mbok lebokke ning jero dodo, yooo ?!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkhalwat Menyeimbangkan Dzikir dan Pikir?!

9 November 2023   15:04 Diperbarui: 9 November 2023   15:10 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Dok. Pribadi

Oleh. Dharmodumadi Purwalodra.

Akhir bulan Juni 2023 lalu, telah terbit buku yang berjudul "Khalwat K. H Buya Syakur Yasin ke-32; Keseimbangan Zikir dan Pikir, Gapai Kecerdasan Memilih". Buku ini diterbitkan oleh WeRead Publishing yang berbasis di Cirebon. Penulis buku ini, adalah Musthofa Koja dan Aris Munandar, yang sudah terlibat langsung dalam kegiatan khalwat bersama KH Buya Syakur Yasin selama beberapa tahun. Sementara itu, Achmad Marzoeki berperan sebagai editor buku tersebut.

Buku ini memiliki jumlah halaman sebanyak 200 halaman, dengan sebagian besar konten yang berisikan testimoni dari para peserta khalwat. Sedangkan, sisanya akan menjelaskan serta mengungkapkan secara singkat tentang khalwat yang telah dijalani bersama K. H Buya Syakur Yasin selama periode 32 tahun. Aktivitas ini telah dilakukan di Pondok Pesantren Cadangpinggan, yang terletak di Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

Dalam buku tersebut, penulis mengungkapkan bahwa Khalwat dapat dianggap sebagai meditasi, bertapa, uzlah, serta menutup diri dari interaksi sosial yang umum. Khalwat juga dapat diartikan sebagai proses pengamatan diri, dengan mengistirahatkan pikiran dan mengaktifkan pemahaman bawah sadar yang dalam.

Ketika pikiran tidak diberi kesempatan untuk beristirahat saat berada dalam keadaan khalwat, efek yang terjadi adalah munculnya berbagai khayalan. Pikiran yang terus bergerak dan berimajinasi menciptakan gambaran dan visi yang jelas, meskipun dalam kondisi fisik yang sepi dan gelap. Dalam lintasan pikiran yang terang dan jelas ini, terciptalah gambaran kehidupan selanjutnya, meskipun hanya dalam dunia khayalan yang mengambang.

Salah satu poin menarik yang disajikan dalam buku ini menjelaskan bahwa ketidak-sadaran terhadap ilusi sebenarnya adalah hasil dari tingginya tingkat kedekatan ego dalam diri seseorang. Kekosongan yang dikonstruksi oleh pikiran merupakan kekosongan semu, dan penghentian pikiran adalah langkah untuk menghentikan gerakan sejalan dengan kesadaran diri yang masih utuh, yang kemudian menciptakan rintangan dan hambatan emosional dalam hati seseorang ?!

Pengakuan diri sebagai orang yang diam, namun pikiran dan otaknya tak dapat dikendalikan untuk bersuara dan menghakimi diri sendiri. Kemudian, aa mengklaim telah melepaskan ego, namun masih terus menciptakan khayalan dalam imajinasinya, seolah-olah apa yang terjadi adalah bimbingan dan wahyu yang hadir saat dalam keadaan kesendiriannya. Padahal, dari ego-lah berbagai proses imajinasi diciptakan dan dijadikan seperti mimpi yang nyata, serta petunjuk-petunjuk yang ada dalam dirinya, sehingga terbentuk sebuah cerita spiritual yang terinspirasi oleh perjalanan sufistiknya.

Buku ini memuat berbagai manfaat dari kegiatan khalwat yang dibagi menjadi 7 bab, meliputi perjalanan khalwat dalam konteks spiritual. Hingga kesuksesan dan pencapaian ketika seseorang menjalani khalwat. Salah satu tahapan yang harus ditempuh saat menjalani khalwat adalah melakukan pengamatan diri dalam keheningan dan ketenangan batin, kemudian mengalami proses terbimbingnya kehidupan khalwat dan mengenal Sang Pencipta.

Ketika melewati tahapan ini, secara alami kesadaran akan keberadaan Allah akan menyadari dirinya. Masing-masing peserta khalwat akan mengalami kesadaran spiritual secara personal. Setiap orang yang sedang menjalani khalwat akan mengalami transformasi dari 7 lapisan kesadaran dalam meditasi, yaitu: Kesadaran Fisik, Kesadaran Etherik, Kesadaran Astral, Emosi, Mental, Spiritual, dan Kesadaran Integrasi Spirit, yang mencapai tingkatan kesadaran mengenali Tuhan.

Ketika sudah mampu dan mengenal Tuhan, maka kesadaran makrifat akan terbangun secara alami. Terjadi pemahaman yang melampaui batasan baik dan buruk, jahat dan baik, surga dan neraka, langit dan bumi, serta halal dan haram. Semua terlihat sebagai kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa atas seluruh ciptaannya di dunia ini. Inilah yang dimaksud dengan puncak kesadaran mengenal Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun