Di tengah keramaian modernitas dan gemerlap pasar digital, Yogyakarta kembali menghidupkan tradisi terdahulunya melalui event "Pasar Kangen UNY 2025" yang digelar dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-61 Universitas Negeri Yogyakarta. Acara ini resmi dibuka pada Sabtu, 17 Mei 2025, pukul 15.00 WIB di Halaman Rektorat UNY Karangmalang. Dengan mengusung tema "Sinergi Inovasi Menggapai Prestasi" pada tahun ini, Pasar Kangen UNY 2025 tidak hanya menjadi ajang nostalgia bagi masyarakat, tetapi juga simbol kebudayaan tradisional yang muncul kembali dan menyatu dengan semangat zaman kini.
Pasar Kangen bukan hanya menjadi ajang untuk berburu jajan ataupun pameran saja. Acara ini adalah salah satu bentuk nyata dari filosofi Jawa yang berbunyi "Ora Cucul Ora Ngebul", yang berarti bahwa saat manusia bergerak maka rezeki akan datang dan mengalir. Bergerak mengandung artian rajin bekerja dan tidak sekadar pasrah begitu saja. Sehingga keringat yang bercucuran saat melakukan pekerjaan, akan digantikan dengan rezeki yang berlimpah dalam wujud apapun. Konsep pasar ini muncul dari kesadaran akan pentingnya ruang bagi para pelestari budaya dan pelaku ekonomi lokal. Di sini, relasi antara penjual dan pembeli tidak hanya sebatas transaksi ekonomi, melainkan interaksi sosial yang manusiawi, mengandung nilai kebudayaan, dan penuh kehangatan.
Sejak pukul 09.00 hingga 22.00 WIB, dari tanggal 18 hingga 22 Mei 2025, pengunjung bebas mengeksplorasi aneka jajanan khas tempo dulu yang kini mulai langka dijumpai di pasar modern. Klepon, cenil, getuk, ongol-ongol, blendung, carabikang, serabi, es lilin, es potong, es gabus, es goyang, hingga es limun dan es roti coklat menjadi jajan yang harus dicoba di antara jejeran makanan lainnya. Makanan ini bukan sekadar mengenyangkan, tetapi juga menyimpan cerita masa lalu---tentang jajan setelah sepulang sekolah, tentang tangan ibu yang membungkus dalam daun pisang, atau tentang pasar desa yang riuh setiap pagi. Jajanan klepon, cenil, serta ongol-ongol menyapa dengan manisnya gula merah yang meleleh berpadu dengan parutan kelapa yang gurih beradu padu di mulut. Es roti coklat mengantar pada kenangan masa kecil yang sederhana namun membahagiakan. Setiap rasa membawa ingatan dulu kembali yang nyaris pudar di masa sekarang.
Dalam keramaian puluhan pengunjung, saya bertemu dengan dua gadis muda bernama Mita dan Sabrina. Mereka datang dari Sewon, Bantul untuk mengunjungi Pasar Kangen UNY 2025 dan bernostalgia kembali ke masa kecil mereka. Mita dan Sabrina mengaku mengetahui informasi tentang acara ini dari TikTok dan Instagram, dua platform media sosial yang kini menjadi penghubung antara generasi muda dan tradisi. "Kita sengaja datang untuk melihat pembukaan acara ini sekalian jajan sih. Ini juga bukan pertama kalinya kita ke Pasar Kangen, dan setiap tahun selalu sesuai ekspektasi," ujar Mita sambil tersenyum. Sabrina menambahkan bahwa acara ini seperti permata di tengah gempuran junkfood dan budaya yang instan. "Rasanya seperti nostalgia ke masa kecil. Senang banget bisa ketemu lagi jajanan jajanan tradisional khas dulu yang sekarang udah jarang banget dijual," katanya.
Tak hanya terdapat kuliner, mainan, serta peralatan tempo dulu saja, Pasar Kangen juga menyajikan beragam penampilan seni tradisional. Pada acara pembukaan kemarin, kesenian Campur Bawur Singo Barong dari Sanden, Wonolelo, Sawangan, Magelang telah ditampilkan. Suara gamelan dan dentuman kendang seolah olah mengajak pengunjung untuk ikut larut dalam kesenian dan tradisi yang telah diwariskan lintas generasi.
Pasar Kangen menjadi ajang yang memperlihatkan sinergi antara budaya dan ekonomi. Acara ini menjadi ruang bagi para perajin, seniman, dan pelaku UMKM untuk menunjukkan karyanya. Mereka telah mendapat panggung yang lebih luas, sekaligus mempertemukan mereka dengan konsumen yang ingin tahu dan kembali haus akan nilai-nilai lokal dan tradisional.Â
Pasar Kangen lebih dari sekadar event kuliner atau seni. Kegiatan ini adalah bentuk perlawanan halus terhadap lupa. Lupa pada jajanan nenek moyang, lupa pada suara pasar tradisional, lupa pada wajah-wajah ramah yang menyapa tanpa algoritma. Di tengah dunia yang bergerak secara terbesar gesa, acara ini adalah bentuk istirahat yang menyegarkan. Pasar Kangen UNY 2025 mengajak kita untuk melihat kembali akar, menyentuh kembali tanah, dan menyapa kembali masa lalu tanpa harus terjebak di dalamnya.
Kegiatan ini juga memperlihatkan bahwa inovasi tak selalu harus berbentuk teknologi. Terkadang inovasi adalah ketika kita mampu mengemas kembali yang lama menjadi hal yang lebih relevan, dan menghadirkan krmbali nilai lama dengan wajah yang baru. Tema "Sinergi Inovasi Menggapai Prestasi" seolah menemukan wujudnya di sini: ketika budaya dan ekonomi, teknologi dan tradisi, tua dan muda, semuanya bertemu dan berbaur dalam satu tempat bernama Pasar Kangen.
Slogan khas "Aja mung diangen-angen, ayo neng Pasar Kangen!" bukan berarti hanya ajakan semata, melainkan seruan pada masyarakat untuk bertindak. Jangan hanya berbicara merindukan masa lalu, tapi datanglah dan rayakan hal itu bersama-sama. Karena di Pasar Kangen kita tidak hanya mengenang, tapi juga menghidupkan kembali warisan nenek moyang yang mulai terkikis. Yogyakarta dengan segala keistimewaannya, sekali lagi berhasil menyentuh hati warganya. Pasar Kangen UNY 2025 adalah salah satu bukti nyata bahwa rindu bisa dikenang, dinikmati, dan harus dirayakan bersama-sama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI