Mohon tunggu...
Maya Nirmala Sari
Maya Nirmala Sari Mohon Tunggu... Freelancer - Dosen - Editor Website Bisnis dan Keuangan

Peduli lingkungan dan cinta buah-buahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adakah Orang Tua yang Ingin Anaknya Tidak Bahagia?

26 Oktober 2017   09:53 Diperbarui: 26 Oktober 2017   10:09 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah orang tua yang ingin anaknya tidak bahagia? Sepertinya tidak ada.

Bahkan seekor induk burung yang memotong sayap anaknya agar tidak bisa terbang pun, berdalih karena sayang, takut anaknya jatuh kalau terbang.Bahkan seekor induk ikan yang memarahi anak ikan setiap hari dan menyuruhnya belajar terbang pun, mengaku sayang, agar anaknya dapat terbang tinggi (padahal anaknya ya anak ikan, hellooo..).

Hey, Induk burung dan induk ikan!

Bagaimana ya caranya memberitahu kalian...

Aku tidak paham bahasa burung dan ikan sih. Lagi pula kalian merasa mereka adalah anak kalian sendiri dan merasa 100% berkuasa atas seluruh elemen hidupnya. Kalian merasa lebih banyak pengalaman dalam hidup dibanding anak kalian. Kalian merasa jauh lebih pintar dan bijak dibanding anak kalian, yang selalu saja kelihatan seperti anak kecil di mata kalian.

Tapi pernahkah terlintas dalam pikiran, sudah kodrat burung untuk punya sayap dan bisa terbang tinggi. Jika kamu memotong sayapnya agar anakmu tidak bisa kemana-mana, apakah itu sayang menurut definisimu? Aku tak paham. Sungguh tak paham.

Untuk menuruti keegoisanmu, seekor anak burung dikucilkan teman-temannya. karena dia berbeda, tak punya sayap. Teman-temannya bercerita bahwa mereka telah mengunjungi tempat-tempat yang jauh. Anak burung yang dipotong sayapnya hanya bisa bersedih. Ingin berontak tapi dia ingat bahwa surga di telapak kaki ibu.

Anak burung menjalani kehidupannya di tempat rendah saja. Merasa cukup saja selama perut tidak kelaparan. Merasa 'bahagia' dengan pepatah "mangan ora mangan asal kumpul". Sementara burung lain sudah berwawasan jauh lebih luas. Bergelar profesor dan mahir menggunakan smartphone (eh, lupa. ini lagi cerita burung dink yaa :p )

Tapi pernahkah terlintas dalam pikiran, sudah kodrat ikan untuk hidup berenang-renang di dalam air. Jika kamu menyuruh anak ikan belajar terbang, apa-apaan deh itu? Berharap boleh saja, tapi jangan memaksakan kehendak.Orang tua ikan yang setiap hari menyuruh anaknya belajar terbang tanpa alat bantu, lalu bila anaknya tidak mampu, mereka dianggap bodoh. Di caci maki dan dianggap anak yang tidak berbakti. Padahal bisa jadi anak ikan tersebut sangat berprestasi dibidang berenang atau semacamnya.

Oke. Katakanlah, itu kan cuma anak burung. Itu kan cuma anak ikan. Mau diapa-apain juga mereka tetaplah bukan manusia yang memiliki perasaan nurani yang katanya beradab.

Btw, saya menulis ini karena melihat langsung ada INDUK MANUSIA yang melakukan hal yang sama seperti induk burung dan induk ikan tersebut loh. Bisa dibayangkan? Anaknya tentu saja,ANAK MANUSIA. Anak ini harusnya bisa hidup dengan bahagia,menikmati makanan enak, mencapai gelar akademis yang tinggi, bahkan menjadi orang penting di sebuah negara. Tapi karena sejak kecil dipasung orang tuanya, dengan dalih sayang dan khawatir kenapa-kenapa, akhirnya anak itu menjadi orang biasa saja. Anak manusia tersebut telah tumbuh dewasa dengan kehidupan berdasarkan paham "mangan ora mangan asal kumpul".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun