Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Toilet, "Indah dari Luar, Busuk dari Dalam"

19 November 2020   16:27 Diperbarui: 20 November 2020   21:55 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi toilet umum. (sumber: Thinkstockphoto via kompas.com)

Tertutup Rapat

Berbicara tentang toilet, berarti berbicara tentang suatu tempat khusus yang sengaja diusahakan dan dibangun oleh manusia sebagai tempat khusus untuk membuang dan menampung hajat atau kotorannya. 

Lubang penampungan kotoran menjadi yang terpenting tapi tak kalah penting juga kalau sebuah toilet ditunjang dengan atap, dinding dan pintu yang baik. Jangan lupa, lantai toilet juga harus selalu bersih dan kalau boleh, senantiasa menebarkan aroma wewangian.

Bagi beberapa pihak, ketiga hal yang saya kategorikan sebagai yang tak kalah penting itu, malah dikategorikan sebagai bagian yang terpenting juga. 

Tidak boleh ada atap yang bocor, tidak boleh ada dinding yang berlubang, dan pintu yang dipakaipun harus meyakinkan. 

Tertutup rapat dan memiliki pengunci yang kokoh. Jangan sampai dikala sedang asyik membongkar muatan, tiba-tiba ada orang lain nyelonong masuk. Bisa keringat dingin.

Busuk Di Dalam

Atap, dinding, dan pintu dari sebuah toilet harus memberikan rasa nyaman. Tidak tenang rasanya, kalau lagi membuang hajat, lalu ada yang mengintip atau melihat dari luar.

Harga diri menjadi tak berarti, kalau bagian anggota tubuh yang sensitif dan sementara terbuka terlihat orang lain. Mau taruh di mana muka ini, kalau aroma tak sedap dari tempat pembuangan kotoran kita itu menyeruak dan tercium orang lain dimana-mana?

Intinya, dalam sebuah toilet, ada harga diri, sensifitas, kelemahan, kekurangan, bahkan kebusukan seseorang tertutup dengan baik dan rapat di sana agar tidak diketahui orang lain. 

Tetapi apa daya, sebaik, sebagus, serapat, semewah, dan sebersih apapun toilet itu dibuat dan dikondisikan agar kebusukan, harga diri, dan sensifitas seseorang tidak diketahui oleh orang lain, tetaplah dari sana akan tercium aroma kebusukan yang tersimpan rapat itu. Toilet boleh bersih dan indah dari luar tetapi di dalamnya tetaplah busuk.

Kebusukan Manusia

Dalam diri kita masing-masing, terdapat kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan sebagai manusia normal. Untuk itu, lewat berbagai cara kita berusaha untuk membangun dan menciptakan atap, tembok, dinding, dan pintu untuk menutup dan mengunci diri dengan rapat agar seluruh keberadaan kita yang lemah, rapuh, dan bahkan busuk itu tidak diketahui oleh orang lain.

Sadar atau tidak kita bangsa manusia terkadang bahkan kerap menemukan diri kita bagai toilet. Ada kelemahan, keterbatasan, bahkan kebusukan yang dalam diri yang berusaha untuk kita bungkus atau sembunyikan dari orang lain karena malu.

Membungkus dan Menutup Diri

Manusia memang pandai bermain sandiwara dengan dirinya sendiri. Apa yang ditampilkan dalam panggung kehidupan, lebih sering bukanlah diri yang sesungguhnya tapi suatu skenario ciptaan belaka. 

Kita membungkus diri dengan pakaian yang mewah agar tidak ketahuan bahwa kita sebenarnya untuk makan dan minum saja sulit. 

Kita membangun benteng pertahanan diri dengan kata-kata yang begitu kudus, suci dan meyakinkan, untuk membentengi diri dari kekurangan. Dengan berhiaskan senyum dan tawa ria di bibir, kita berusaha untuk menutupi suasana hati yang sebenarnya lagi kacau, galau, dan sedih, dan lain sebagainya.

Yang lebih parah dan memalukan adalah dengan pakaian yang panjang, status, gelar, dan nama besar yang kita miliki, kita menutup diri agar kedok, ambisi, dan niat-niat busuk dalam diri kita tidak diketahui oleh orang lain. 

Akan tetapi, yang namanya kebusukan, tersimpan rapi dan serapat apapun, tetaplah akan tercium juga. Maka, belajarlah untuk terbuka. Kalau ada yang busuk dan melekat dalam diri, mari kita cebo.

***

Tulisan ini lahir dari sebuah refleksi konyol dari seorang penulis. Jika menyimpang, dengan senang hati, menerima masukan untuk menyempurnakannya.

Selamat Hari Toilet Sedunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun