Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Semanggi Suroboyo-Lontong Balap Wonokromo, Kuliner Melegenda dari Surabaya

26 Mei 2021   22:27 Diperbarui: 26 Mei 2021   22:31 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Semanggi Suroboyo (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Harga sepincuk pecel Semanggi Suroboyo cukup terjangkau, hanya tujuh ribu rupiah. Tapi saya pernah beli pecel semanggi di daerah lain, harganya berkisar antara sepuluh hingga dua belas ribu rupiah perpincuknya. 

Lontong Balap Wonokromo 

Selain Semanggi Suroboyo sebagai kuliner khas Surabaya, ternyata Surabaya juga dikenal sebagai gudangnya "lontong" jiahahaha. 

Ada banyak kuliner yang menggunakan tambahan lontong yang bisa dengan mudahnya kita temukan di Kota Surabaya. 

Mulai dari lontong mie, lontong sayur, lontong Cap Go Meh, tahu lontong (tahu tek-tek), lontong pecel, lontong kikil, lontong kupang dan lontong balap. 

Sebagian kuliner berbahan lontong yang saya sebutkan di atas, ada beberapa yang bukan kuliner khas (asli) Surabaya tapi sebagian lagi memang disebut-sebut sebagai makanan kebangsaan warga Surabaya. 

Dua diantaranya : lontong kupang dan lontong balap. "Hla..iyo pah, piye cerita ne kok diarani lontong balap iku" (lah..iya pah, bagaimana awal ceritanya kok dinamakan lontong balap itu) tanya putri semata wayang kami saat sedang asyik menikmati Lontong Balap Wonokromo yang penjualnya biasa mangkal tak jauh dari rumah tinggal kami. 

Penjual Lontong Balap Wonokromo (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Penjual Lontong Balap Wonokromo (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Setelah menelisik lewat mesin pencarian Google ternyata dinamakan demikian karena dulunya para penjual lontong balap itu saling berlomba (Jawa = balapan) satu sama lain untuk berebut pembeli. 

Para penjual lontong balap menurut ceritanya, dulu berasal dari kawasan Kutisari dan Kendangsari (Rungkut) Surabaya. Sekitar lima (5) kilometer dari lokasi Pasar Wonokromo Surabaya (sekarang bernama Darmo Trade Centre). 

Mengingat wadah (bejana) yang digunakan untuk memasak sayur kecambah menggunakan bahan dari tanah liat (kemaron) sehingga terasa berat serta kala itu dijajakan dengan dipikul. 

Sang penjualnya memikul kemaron yang cukup berat di pundak, sambil berlomba-lomba berebut pembeli yang kemudian mangkal di Pasar Wonokromo Surabaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun