Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Beberapa Gedung "Warisan" Belanda yang Disulap Jadi Balai Kota

16 Maret 2021   03:15 Diperbarui: 16 Maret 2021   22:10 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balai Kota Surabaya (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Segala bentuk kolonialisme (penjajahan) di muka bumi termasuk yang ada di Indonesia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Selama kurang lebih tiga ratus lima puluh tahun atau tiga setengah abad Belanda menjajah Indonesia. 

Tidak bisa dibayangkan betapa sengsaranya rakyat kala itu. Hak-hak rakyat untuk berdaulat dan menentukan nasib sendiri (merdeka) telah diperkosa, entah sudah berapa banyak jumlah kekayaan alam Indonesia yang telah dieksploitasi akibat penjajahan itu.  

Meski demikian, para penjajah khususnya Belanda bukan hanya menggoreskan luka yang amat dalam bagi hati sanubari rakyat Indonesia melainkan juga meninggalkan "warisan" yang entah sedikit atau banyak hingga kini masih bisa kita saksikan keberadaannya.  

Selain ilmu pengetahuan dan teknologi, peninggalan (warisan) Belanda di Indonesia berupa bangunan kuno berarsitektur menawan. Beberapa di antaranya ialah

Balai Kota Jakarta

Gedung Balai Kota Jakarta merupakan tempat di mana Gubernur Anies Baswedan berkantor. Gedung ini terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan.  

Jauh-jauh hari sebelum pusat pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta berada di jalan yang sekarang ini, di masa kolonialisme Belanda, Kota Jakarta yang kala itu masih bernama Batavia pernah memiliki gedung kantor pemerintah kota yang kini beralih fungsi menjadi Museum Sejarah Jakarta. 

Balai Kota Batavia (Jakarta) yang lama yang kini difungsikan sebagai Museum Sejarah Jakarta (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Balai Kota Batavia (Jakarta) yang lama yang kini difungsikan sebagai Museum Sejarah Jakarta (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Sebagian masyarakat juga menyebutnya dengan nama Museum Fatahillah karena lokasinya memang berada di Jalan Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat.  

Sekadar untuk diketahui, sebelum kantor Balai Kota Batavia (Belanda = Stadhuis van Batavia) oleh pemerintah Belanda dibangun di kawasan yang sekarang bernama Taman Fatahillah itu, ternyata kantor Balai Kota Batavia pertama dibangun di sebelah timur kawasan Kali Besar Jakarta pada tahun 1620. 

Sayangnya bangunan ini hanya bertahan selama enam (6) tahun. Kemudian pada tahun 1626 dibongkar dengan alasan untuk menghadapi serangan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram.  

Pada tahun 1627, atas perintah Gubernur Jenderal J.P Coen (Jan Pieterszoon Coen) dibangunlah kembali kantor balai kota tapi lokasinya berada di kawasan jalan yang sekarang dijadikan tempat Museum Sejarah Jakarta itu (Taman Fatahillah).  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun