Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Penasaran dengan Makam Tak Bernama dan Sejarah Singkat Sunan Giri

9 Oktober 2018   22:19 Diperbarui: 10 Oktober 2018   15:28 4435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermunajad di makam Sunan Giri (dok.pri)

Kharisma (kewibawaan) yang ada pada diri Sunan Giri menjadikan beliau diangkat oleh Kesultanan Demak Bintoro sebagai Ahlul Halli Wal Aqdi yaitu seorang penentu kebijakan pemerintah dan penyebar Agama Islam di Pulau Jawa. Peristiwa penting itu terjadi pada tahun 1407 Saka (1485 Masehi).

Raden Paku kemudian diangkat menjadi Raja Giri Kedaton oleh Raden Fatah selaku Sultan Demak I dengan gelar Prabu Satmoto pada tanggal 9 Maret 1487. Tanggal itu selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi (lahirnya) Kota Gresik.

Ketika Kerajaan Majapahit runtuh karena diserang oleh Girindrawardhana dari Kediri pada tahun 1478, Sunan Giri sempat menjadi raja. Setelah itu ia menyerahkannya kembali Raden Fatah, putra Bhre Kertabhumi (Brawijaya 5).

Dalam keagamaan, Sunan Giri sangat dikenal karena pengetahuannya yang sangat luas tentang ilmu Figih, sehingga dijuluki Sultan Abdul Faqih. Beliau juga sangat berjasa karena menghasilkan karya seni yang luar biasa. Tembang lir-ilir, jelungan dan cublak-cublak suweng kabarnya juga merupakan karya beliau.

Demikian pula dengan gending Asmaradhana dan Pucung meski bernuansa Jawa namun sarat akan ajaran Islam, nasehat dan pesan moral.

Sebagai seorang waliyullah yang masuk ke dalam kelompok wali songo (wali sembilan), Sunan Giri tidak hanya mensyiarkan Islam di Pulau Jawa. 

Dalam sebuah riwayat dikisahkan pernah suatu ketika beliau berdakwa sekaligus berdagang di Kota Banjarmasin (Kalbar) pada sekitar tahun 1384 Saka (1462 Masehi). 

Sang sunan bukannya menjual melainkan malah membagi-bagikan barang dagangannya kepada fakir miskin, kaum duafa dan orang yang membutuhkan. 

Agar kapal yang ditumpangi beliau tidak oleng karena diombang-ambingkan ombak samudra maka saat menuju Gresik diisilah dengan batu-batu dan kerikil. Karena kuasa Allah maka bebatuan dan kerikil tadi berubah menjadi barang-barang kebutuhan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Gresik. 

Sunan Giri menikah dua kali. Pagi hari menikah dengan Dewi Murthosiyah, putri Sunan Ampel. Sementara sorenya (Ashar) beliau menikahi Dewi Wardah, putri Ki Ageng Bungkul (Sunan Bungkul).

Sunan Giri wafat di usia 63 tahun, pada malam Jumat, tanggal 24 Rabiul Awwal tahun 913 Hijriyah (1428 Saka/1506 Masehi). Setiap tahun pada hari Jumat terakhir Rabiul Awwal diperingati sebagian umat Islam khususnya yang ada di daerah Gresik dan sekitarnya sebagai haul Sunan Giri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun