Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguliti Tulisan Hoax Tentang “Indonesia Dalam Bahaya Besar: Rencana Keluarga Mochtar Riady & Kelompoknya"

22 April 2016   20:27 Diperbarui: 25 April 2016   15:07 9243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini di media-media sosial lagi ramai dibahas orang terkait sebuah artikel di Repelita Online, “Indonesia Dalam Bahaya Besar: Rencana Keluarga Mochtar Riady & Kelompoknya”, yang dicopas oleh Admin Repelita Online dari Chirpstorynya akun @GheMax pada tanggal 16 April 2016.

Aku tak akan menautkan artikel itu disini, karena pertama hanya bikin besar kepala penulisnya saja karena diklik banyak orang, kedua tulisan Hoax tak layak di share, namun wajib hukumnya disanggah untuk diluruskan kembali pemahaman ratusan ribu pembaca yang sudah tersesat karena terlanjur percaya.

Melalui tulisan ini, akan ku telanjangi kedegilannya satu per satu, karena orang yang menulis dengan melebih-lebihkan dustanya dari fakta yang ada, maka sebutan yang pantas baginya adalah pembual. Dan orang yang menulis dengan mengurang-ngurangi fakta yang ada, sebutan yang pantas baginya adalah pendusta.

Akun @GheMax ini menulis bahwa sekitar akhir tahun 1999 atau awal tahun 2000, diadakan rapat orang-orang Tionghoa di Universitas Atmajaya yang diprakarsai oleh Mochtar Riady dan James Riady. Inti dari risalah rapat tersebut adalah bahwa saat ini penduduk di China daratan sudah mencapai hampir dua milyar orang sehingga mereka membutuhkan suatu negara untuk dijadikan kolonisasi.

Salah satu negara pilihan adalah Indonesia, karena Indonesia wilayahnya luas, subur, kaya, dan rakyatnya rata-rata bodoh sehingga mudah kena tipu. Dari sini saja sudah kelihatan membualnya akun @GheMax ini. Dimana letak membualnya? Pertama ia tak menyebutkan dengan tepat tanggal berapa rapat itu digelar, siapa-siapa saja Taipan Cina Indonesia yang hadir dalam rapat itu. Kenapa demikian? Karena suatu tulisan yang alur narasinya terkesan begitu elok dan santun tak layak dipercaya jika tak mencakup kriteria 5w dan 1h (What, Who, When, Where, Why, How).

Yang kedua, momen tahun yang dipilih oleh akun @GheMax ini sengaja ia pilih tahun 1999, yaitu setahun setelah usainya chaos anti Cina di Jakarta. Yang ketiga, Universitas Atmajaya sengaja dijadikan TKP karena Universitas itu adalah Universitas Katolik. Unsur agama ditonjolkan secara halus dengan memilih Universitas Katolik Atmajaya sebagai tempat rapat para taipan Cina Indonesia itu.


Selanjutnya, akun @GheMax ini memamparkan dalam artikelnya itu bahwa strateginya Mochtar Riady dan James Riady adalah membuat kompleks perumahan di sepanjang bibir pantai laut Jawa supaya orang-orang Cina Indonesia mudah menyelundupkan barang selundupan dan para imigran dari China daratan melalui laut.

Modus akun @GheMax ini sudah jelas, yaitu mengiring pembaca kearah isu reklamasi pantai utara Jakarta, dimana sasaran tembaknya adalah Ahok. Memangnya negara kita negara tak bertuan sehingga para pendatang liar dari negara lain tak bisa diketahui dengan mudah oleh patroli Polair?

Manusia perahu dari negara lain yang mau nyebrang ke Australia saja melalui perairan kita bisa dengan mudah diringkus di pedalaman perairan NTT sana, apalagi ini sekelas perairan yang melingkari ibukota negara kita? Kelihatan sekali kalau akun @GheMax ini sengaja mengiring pembaca bahwa negara kita memang mudah dibodohi, sehingga patroli Polair pun bisa disumpal mulut mereka dengan segepok duit oleh para taipan Cina Indonesia.

Akun @GheMax ini selanjutnya memaparkan bahwa para imigran gelap yang diselundupkan dari daratan Cina itu akan langsung diarahkan ke bawah kolong rumah-rumah mereka yang berada di bibir pantai. Rumah-rumah kolong itu akan dijadikan sebagai basis pertahanan bilamana terjadi kerusuhan anti Cina, sehingga mereka bisa langsung melarikan diri ke laut dengan Speed Boat yang standby di kolong rumah mereka.

Si akun @GheMax itu lalu mencontohkan bentuk perumahan di Pluit, Pantai Indah Kapuk, dan Pantai Mutiara Ancol. Pertanyaannya, sejak kapan ada rumah yang pakai kolong dan ada Speed Boat dibawah kolong rumah mewah yang elit-elit itu? Mana ada rumah mewah di Pluit, Pantai Indah Kapuk, dan Pantai Mutiara Ancol yang pakai kolong dengan Speed Boat yang standby dibawahnya?

Mbok ya yang cerdas dikit kalau mau nipu, kalau mengibuli para pembaca yang bukan warga Jakarta yang jelas mereka akan percaya 100% karena mereka belum pernah injak Jakarta, tapi kalau orang Jakarta yang baca, apalagi mereka-mereka yang tinggal di daerah-daerah elit perumahan itu, sangat ketahuan sekali ngibulnya.

Seharusnya akun @GheMax itu pasang foto contoh rumah di Pluit, Pantai Indah Kapuk, dan Pantai Mutiara Ancol yang pakai kolong dengan Speed Boat dibawahnya, bilamana perlu edit pakai Photoshop supaya meyakinkan para pembaca. No pics of course Hoax. Sekalipun ada rumah kolong yang ia khayalkan itu ada, jumlahnya ada berapa biji? Apakah semua tipe rumah-rumah mewah disana modelnya begitu?

Selanjutnya akun @GheMax itu bilang bahwa ada upaya dari para taipan Cina Indonesia untuk merubah UUD 1945, terutama pasal tentang Presiden harus orang pribumi asli, cukup hanya dengan syarat bahwa yang penting Presiden harus berkewarganegaraan Indonesia, tak perlu harus pribumi segala sehingga orang-orang keturunan Cina pun bisa menjadi Presiden Indonesia.

Lagi-lagi serangan halus yang sasaran tembaknya ujung-ujungnya Ahok. Merubah UUD’45 itu tak segampang yang dia pikirkan. Mau dibayar ribuan trilyun rupiah pun sama para taipan Cina, memangnya bisa seenak jidat dan udel mereka merubah UUD’45 semau-maunya mereka?

Yang mirisnya, mungkin ia menyadari kekeliruannya, si akun @GheMax itu lalu mengkoreksinya bahwa pasal tentang syarat menjadi Presiden Indonesia di UUD 1945 telah mengalami perubahan pada tahun 2002 dimana Presiden RI nanti tidak harus orang pribumi Indonesia asli. Duh.

Si akun @GheMax ini lalu menyimpulkan tulisannya (aku ambil yang penting-penting saja kesimpulannya itu karena yang lainnya hanya kata-kata bersayap saja) bahwa Ahok dan para taipan Cina Indonesia, Agung Sedayu, Agung Podomoro, Summarecon, Lippo Group, dan Sinarmas, telah merancang JABODETABEK menjadi kota Megapolitan sehingga orang pribumi tak bisa lagi hidup di JABODETABEK Megapolitan, tinggallah orang pribumi jadi babu, Satpam, Office Boy, dan Sopir.

Para taipan Cina Indonesia akan memiskinkan rakyat Indonesia dengan berbagai cara, terutama deregulasi serta memudahkan persyaratan untuk membuat pasar-pasar modern, sehingga pasar-pasar tradisional gulung tikar dan semua pribumi mati kelaparan.

Apapun upaya dan hasutan akun @GheMax ini lakukan, pelajaran dan hikmah bagi kita semua yang bisa dipetik;

  1. Menghasut orang lain untuk membenci sesama manusia ciptaan Tuhan dimuka bumi ini adalah pekerjaan yang sia-sia, buang waktu, tenaga, dan pikiran, karena rakyat Indonesia tak sebodoh yang akun @GheMax ini pikirkan.
  2. Menghasut para pembaca agar membenci Ahok dan Cina Indonesia karena mengira dirinya lebih mulia dari orang lain adalah pekerjaan yang sia-sia, buang waktu, tenaga, dan pikiran, sebab rakyat Indonesia tak sebodoh dan seculun yang akun @GheMax ini simpulkan.
  3. Orang ini merasa dirinya genius, namun realitanya ia hidup seperti katak dalam tempurung, berkhayal bisa melompat tinggi, padahal paling mentok melompat dalam batok kelapa saja tanpa punya kemauan untuk belajar keluar dari batok kelapa itu, lalu jelajahi dunia agar tahu bahwa dunia ini luas dan tak sesempit pikirannya.
  4. Orang yang  picik hatinya dan sempit jiwanya biasanya degil dan kotor pikirannya. Gunakan fakta dan logika yang sehat ketika menulis, agar kesesatan yang penuh dengan kebusukan dan dusta tidak dikuliti dan ditelanjangi oleh orang lain yang lebih cerdas dari kamu.

Semoga lekas sembuh jiwa mu, sehingga karya-karya kamu dihargai orang dan diakui kredibilitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun