Mohon tunggu...
Maulidya Rahmah
Maulidya Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Informatics Engineering Student '21 - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Suka Berenang, Skincare, Makeup, dan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Patriarki: Menyelami Akar Permasalahan Gender

1 Desember 2023   23:22 Diperbarui: 1 Desember 2023   23:27 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patriarki, sebagai sistem dominasi gender yang telah mengakar kuat dalam berbagai masyarakat, sering kali menjadi sumber ketidaksetaraan dan diskriminasi terhadap perempuan. Artikel ini akan menguraikan mitos-mitos seputar patriarki dan menggali akar permasalahan gender yang mendasarinya. Dalam era modern ini, kita mungkin cenderung percaya bahwa kemajuan sosial telah membawa kita ke arah kesetaraan gender. Namun, di balik ilusi tersebut, patriarki masih merajalela, mengendalikan norma-norma yang membentuk cara kita memandang peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Melalui pemahaman mendalam terhadap mitos-mitos patriarki, kita dapat membuka mata terhadap realitas yang sering tersembunyi, dan menggali lebih dalam untuk menemukan akar permasalahan gender yang terus mempengaruhi kehidupan kita.

Pengertian Patriarki dan Dinamikanya

Patriarki, yang berasal dari kata 'pater' yang berarti ayah atau kepala keluarga, merepresentasikan suatu sistem kompleks yang telah meluas ke seluruh aspek kehidupan. Sementara definisinya mungkin dimulai dengan peran ayah sebagai kepala keluarga, seiring waktu, patriarki berkembang menjadi suatu hierarki yang melibatkan dominasi laki-laki dalam struktur sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dinamika patriarki tidak terbatas pada lingkup keluarga, melainkan melibatkan interaksi kompleks antara individu, institusi, dan nilai-nilai yang membentuk fondasi masyarakat.

Sebagai contoh, dalam struktur sosial, patriarki mewujud dalam norma-norma gender yang menetapkan peran-peran tertentu untuk laki-laki dan perempuan. Dalam ranah ekonomi, ketidaksetaraan upah dan peluang karier menjadi manifestasi nyata dari dominasi gender. Di dunia politik, kurangnya perwakilan perempuan sering kali mencerminkan struktur patriarkal yang sulit diubah.

Secara budaya, patriarki menciptakan stereotip gender yang meresahkan, membentuk pandangan masyarakat terhadap peran gender, dan memengaruhi pola pikir sehari-hari. Dengan memahami dinamika kompleks ini, kita dapat melihat bahwa patriarki tidak hanya menjadi masalah individu atau keluarga, tetapi merupakan suatu pola sistemik yang merasuk ke dalam jaringan kehidupan sehari-hari.

Mitos Kesetaraan Gender Sudah Terwujud

Salah satu mitos yang perlu diungkap adalah keyakinan bahwa kesetaraan gender sudah tercapai sepenuhnya. Meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam beberapa bidang, masih terdapat banyak ketidaksetaraan gender yang terselubung. Statistik upah, kurangnya representasi perempuan dalam posisi kepemimpinan, dan berbagai bentuk diskriminasi gender masih mendominasi banyak sektor masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menggali lebih dalam dan melihat mekanisme patriarki yang terus mempertahankan kesenjangan gender.

Mengungkap mitos ini bukan hanya tentang membuktikan bahwa masalah masih ada, tetapi juga untuk merangsang kesadaran akan perluasan kesetaraan gender. Dengan menghadapi kenyataan ini, kita dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk mengatasi akar permasalahan gender dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua.

Pembagian Peran Tradisional

Patriarki bukan hanya sekadar sistem dominasi gender, tetapi juga melekat erat pada pembagian peran tradisional antara laki-laki dan perempuan. Mitos yang perlu diungkap adalah keyakinan bahwa peran-peran ini bersifat alamiah dan tidak dapat diubah. Sebagai contoh, perempuan sering dianggap sebagai sosok yang lebih cocok untuk merawat anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga, sementara laki-laki diharapkan memegang peran sebagai pencari nafkah. Artikel ini akan menggali akar mitos ini, menyoroti bagaimana pembagian peran tradisional dapat menjadi batasan serius bagi potensi individu, khususnya perempuan, dalam mencapai puncak prestasi mereka.

Pengaruh Patriarki di Dunia Pekerjaan

Patriarki meresap dalam struktur pekerjaan, menciptakan ketidaksetaraan yang melibatkan pembayaran yang tidak sebanding dan hambatan bagi perempuan yang bercita-cita mencapai posisi kepemimpinan. Terlebih lagi, stigma terhadap jenis pekerjaan tertentu, yang dianggap "tidak sesuai" untuk perempuan, memperkuat citra patriarki. Artikel ini akan menggali akar mitos yang menyatakan bahwa perbedaan ini berasal dari perbedaan keahlian alami antara genders, membahas bagaimana mitos ini dapat merugikan perempuan dan mendorong pengembangan solusi inklusif yang meratakan lapangan pekerjaan.

Pengaruh Media dalam Membentuk Citra Gender

Media, sebagai saluran informasi utama, memiliki peran monumental dalam membentuk persepsi kita tentang gender. Mengabaikan banyaknya keragaman di dalam masyarakat, media sering kali mempromosikan citra-citra gender yang terbatas dan memperkuat mitos patriarki. Dari iklan yang menggambarkan perempuan sebagai objek seksual hingga representasi laki-laki sebagai pemimpin tanpa cela, media memberdayakan mitos-mitos ini. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana pemberitaan media dan representasi gender dalam film dan iklan dapat secara tidak langsung mendukung norma-norma patriarki yang terus bertahan.

Edukasi dan Mitos Patriarki

Pendidikan dianggap sebagai alat utama untuk meruntuhkan patriarki, namun mitos-mitos seputar peran gender tetap menyelinap di dalam ruang kelas. Artikel ini akan merinci mitos-mitos yang masih mewarnai sistem pendidikan, mulai dari persepsi bahwa certain mata pelajaran lebih cocok untuk jenis kelamin tertentu hingga ketidaksetaraan dalam akses pendidikan. Lebih jauh lagi, artikel ini akan menyelami dampak psikologis dan sosial dari mitos-mitos ini terhadap pengembangan potensi perempuan. Dengan mendidik para pembaca tentang pentingnya menghilangkan mitos-mitos patriarki dari dunia pendidikan, kita dapat membuka jalan menuju sistem pendidikan yang lebih inklusif dan setara secara gender.

Kekerasan Terhadap Perempuan sebagai Manifestasi Patriarki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun