Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kekuatiran lain dari geliat Islam Politik dan upaya formalisasi Islam di Indonesia adalah bertumbuhnya kelompok-kelompok garis keras intoleran, yang begitu mudah mengafirkan orang lain yang tak sepaham dan bahkan tak segan melakukan kekerasan. Perkembangan terbaru adalah munculnya kelompok ISIS, yang lahir dari rahim Al-Qaeda. Tetapi, ISIS kini telah menjadi organisasi independen dan pada Juni lalu mendeklarasikan berdirinya khilafah Daulah Islamiyah (negara Islam), yang saat ini mereka klaim meliputi Irak dan Suriah, dengan Abu Bakar al-Baghdadi sebagai pemimpinnya. Deklarasi tersebut segera memperoleh sambutan dari berbagai elemen garis keras, termasuk di Indonesia. Dalam waktu singkat, dukungan dan bai’at (sumpah setia) kepada ISIS segera bermunculan secara terang-terangan dari tanah air.
Melihat kenyataan ini, Islam Politik semakin terlihat tak menemukan relevansinya lagi dalam perjalanan negeri ini. Formalisasi Islam pada gilirannya justru dimanfaatkan untuk menggerus jati diri bangsa dan bahkan melenyapkan eksistensi NKRI. Muslim Indonesia memiliki karakternya sendiri. Islam Kultural yang telah melekat sejak ratusan tahun yang lalu pada diri Muslim Indonesia telah menjadikan mereka toleran dan lentur dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan kearifan lokal. Karakter ini tidak semestinya dikoyak oleh pemahaman Islam Politik yang sempit.[]
Dimuat di: http://liputanislam.com/analisis/islam-politik-tak-lagi-relevan-di-indonesia/