Lemot adalah satu dari sekian kosakata dalam bahasa Indonesia. Lemot identik dengan lamban. Penggunaan lemot sering dipadukan pada komputer dan juga orang. Saya ingin membahas lemot dari sudut pandang orang.
Saat ini, penggunaan smartphone tidak lagi sebatas pada kalangan muda-mudi. Anak-anak, remaja, sampai orang dewasa seakan terlilit oleh smartphone.Â
Saya memakai kata terlilit bukan tanpa alasan. Idealnya, terlilit bermakna terjerat secara fisik. Efek penggunaan smartphone sudah pada tahap melilit pemakainya. Seakan sulit terlepas dan melepaskan diri. Seperti seseorang yang terlilit utang.
Pagi ini ketika mengajar kelas bahasa Inggris, saya mengajukan sebuah pertanyaan pada beberapa mahasiswa. Saya ingin melihat sejauh mana mereka bisa berpikir cepat dan menjawab secara lugas.Â
Pertanyaan yang saya ajukan sejalur dengan materi yang sedang kami bahas, yaitu pemakaian smartphone di kalangan anak-anak. Saya mengajukan pertanyaan sederhana, "apa saran positif bagi pengguna smartphone di kalangan anak-anak?
Mereka berpikir sejenak mencari jawaban. Saya ingin mereka menjawab secara spontan tanpa harus memberi jeda lama. Namun, jawaban yang dinanti tak kunjung datang.Â
Setelah saya memberi beberapa kata kunci, baru terdengar jawaban singkat. Diantaranya, tidak memberikan smartphone pada anak dan membatasi pemakaian smartphone.Â
"Jangan sampai seperti saya", jawaban terakhir keluar dari mulut seorang mahasiswa yang sedari tadi sibuk membuka smartphone di dalam kelas. Semua kami terdiam sejenak. Lalu, saya mengajukan pertanyaan, what do you mean?
Barulah ia memberi penjelasan tentang asal usul kacamata yang dipakainya. Ternyata, efek dari penggunaan smartphone mempengaruhi penglihatan kedua matanya.Â