Banyak buku cerita anak berisi pesan moral. Orang tua perlu membiasakan bertanya pada anak setiap kali membacakan buku. Kebiasaan sederhana seperti ini melatih daya pikir dan imajinasi anak di umur 1-7 tahun.
Kenapa anak-anak di sekolah sangat jarang bertanya?
Jawaban sederhananya karena mereka jarang dilatih bertanya oleh orang tua. Akhirnya, anak bersikap pasif dan tidak mampu berpikir sesuatu yang simpel.Â
Suatu ketika saat kuliah di Amerika, saya berkunjung ke sebuah masjid kota. Biasanya setelah shalat jumat terdapat kelas untuk anak-anak dan remaja. Disana, saya melihat betapa mudahnya mereka mengangkat tangan untuk bertanya.Â
Tidak ada rasa malu atau takut ditertawakan. Mereka dibiasakan oleh orang tua untuk mengajukan pertanyaan sejak kecil. Berbanding terbalik dengan cara orang tua membesarkan anak di Indonesia.Â
Ketika mengajar di dalam kelas, saya sering bertanya kepada siswa apakah mereka ingin bertanya. Sering kali, hanya 1-2 siswa saja yang berani bertanya. Sisanya diam seribu bahasa. Kalaupun mereka tidak paham, mereka akan tetap diam.
Bertanya di dalam kelas dianggap sesuatu yang 'memalukan'. Bahkan, demi menutupi ketidakpahaman, siswa-siswi di dalam kelas memilih untuk duduk diam.
Suatu kali saya mencoba sit in, alias sekedar masuk ke kelas mahasiswa S1 Amerika. Saya dan seorang teman asal Indonesia duduk di bangku paling belakang. Selama perkuliahan, saya menyaksikan betapa mudahnya mahasiswa disana mengajukan pertanyaan.
Ya, rasa percaya diri untuk mengajukan pertanyaan sudah menjadi bagian hidup mereka. Ada peran pola asuh orang tua sehingga anak mau bertanya. Mereka mungkin tidak merasa malu ketika mengangkat tangan dan bertanya.Â
Dari pengalaman observasi kelas, saya belajar banyak tentang sebuah kebiasaan kecil berdampak besar saat dewasa. Saya mencoba hal yang sama kepada anak. Membaca buku, lalu mengajukan pertanyaan.Â