Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gadis Desa - Ladang Warisan Ayah

25 Februari 2024   09:03 Diperbarui: 25 Februari 2024   09:05 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Naisa masih dalam kandungan ibunya, sebuah kejadian pilu datang menghampiri keluarganya. Ayah Naisa yang sedang bekerja di tambang batu bara terperangkap dalam kedalaman 40 meter di bawah tanah. 

Padahal, ibunya sudah berpesan untuk tidak mencari kerja ke tempat yang jauh. Namun, ladang peninggalan kakek Naisa tidak cukup untuk menghidupi keluarga. 

Dengan penuh harap, Kardi meninggalkan istri tercinta yang sedang hamil 7 bulan untuk mengadu nasib ke sebuah tempat yang belum pernah di dengarnya.

Suatu hari tujuh bulan sejak kepergian suaminya, Annisa sudah mulai merasakan firasat buruk di awal subuh ketika bersiap menunaikan shalat. 

Suara harimau mengaum terdengar begitu jelas dari belakang rumah. Tidak pernah sekalipun Annisa mendengar suara yang begitu menakutkan sejak tinggal disana puluhan tahun lalu.

Selesai shalat, ia mengangkat kedua belah tangan berdo'a begitu khusyuk. Sudah beberapa bulan sejak kepergianya, Kardi jarang memberi kabar. 

Tambang batu bara tempat ia bekerja adalah area yang sulit dijangkau sinyal. Dalam satu bulan, hanya satu kali ia menelpon untuk menanyakan kabar Annisa dan bayi dalam kandungannya. 

Firasat itu terus berlanjut. Seekor burung elang hinggap di atap rumah Annisa sejak pagi. Rumah gubuk yang ia tempati terasa begitu sunyi tanpa kehadiran sang suami. Aliran listrik sering terputus, hanya lampu teplok yang bisa menerangi gelapnya malam. 

Walaupun perutnya terus membesar, Annisa tidak ingin diam di rumah. Ladang yang berjarak 3 kilometer di seberang sungai menjadi tempat favoritnya. 

Sebelum matahari terbit, ia mulai berjalan perlahan melewati rumah warga dan pematang sawah agar bisa tiba lebih awal. Suasana di ladang bukan hanya menyejukkan, namun juga menenangkan bagi siapa saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun