Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Penggerak Seharusnya Dihilangkan

17 Februari 2024   15:35 Diperbarui: 17 Februari 2024   15:36 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru penggerak|freepik.com


Apakah seorang guru perlu memikirkan umur untuk bergerak ?

Guru penggerak sering dianggap sebagai motor penggerak yang dapat memberi sumbangsih besar pada pendidikan. Di Indonesia, istilah seringkali dipakai untuk memberi kesan berbeda.

Misalnya, ada sekolah unggul, sekolah model, sekolah penggerak, dll. Sementara sekolah tanpa lebel salah satu nama tersebut boleh jadi tidak begitu menarik.

Lebel pada sekolah memberi dampak berbeda pada kualitas dan prioritas. Sekolah dengan lebel yang saya sebut di atas sering dianggap berkualitas. Sebaliknya, sekolah tanpa lebel boleh jadi tidak masuk skala prioritas orang tua.

 Nah, bagaimana dengan guru penggerak?

Kenapa harus ada lebel guru penggerak? guru seharusnya sama-sama bergerak untuk memberi kualitas yang sama di sekolah manapun. 

Idealnya, mutu pendidikan tidak disekat oleh lebel sekolah dan lebel yang dilekatkan pada guru. Dengan begitu, ekosistem sekolah tidak membentuk gap antara sesama institusi pendidikan dan para guru.

Semua guru mesti memiliki standar yang sama sebelum menjadi guru. Sayangnya, transfer ilmu pada fakultas keguruan belum maksimal dalam hal mempersiapkan calon guru berkualitas. 

Berbeda dengan konsep pendidikan di negara maju. Sekolah sama sekali tidak dilebel dengan nama apapun, begitu pula dengan guru. Kualitas sekolah harus sama dan standar kemampuan guru sudah disesuaikan.

Guru-guru di Indonesia, kalau boleh berkata jujur, belum siap menjadi guru ketika diangkat menjadi guru. Hal ini terjadi karena teori-teori pendidikan di fakultas keguruan gagal menyelaraskan antara kebutuhan di lapangan dan kemampuan pedagogik calon guru.

Tidak heran, ketika calon guru diterima menjadi guru di sekolah, mereka masih saja diwajibkan atau disarankan untuk mengikuti pelatihan ini dan itu, dengan tujuan mendalami teori atau memperdalam skil mengajar. 

Apakah itu salah? sama sekali tidak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun