Di pelosok desa ribuan warga antri berharap pangan, menanti dan berharap dalam kealpaan. Hati resah, pikiran kacau memikirkan keadaan.
Di gedung indah nan megah, para elit mengadu nasib. Saling berebut kursi dan dana aspirasi yang mudah dititip. Tumpukan kertas di ruang rapat, terlihat manis seakan membela rakyat.
Sesekali mereka pulang membawa sedikit uang, menawarkan janji menutupi mimpi demi menghiasi diri. Hari berlalu, bulan berlanjut, tahun berubah, namun janji pun berganti.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!