Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Penulis materi belajar bahasa Inggris| Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think | Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenapa Orang Dulu Memiliki Fisik dan Mental yang Kuat?

31 Oktober 2022   11:18 Diperbarui: 31 Oktober 2022   11:25 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan pulang dari kebun kemarin sore, saya terlibat sedikit diskusi tentang kehidupan masa dahulu yang dialami ayah. Awal mula percakapan kami dimulai dari pembahasan jenis dan rute jalan dulu yang masih sangat terbatas dan kecil.

Menurut ayah saya, dahulu pada tahun 70-an jalan-jalan di daerah masih sebatas jalan setapak yang menghubungkan antar kampung dan sangat terbatas. Tidak ada sepeda motor saat itu, hanya beberapa sepeda saja yang dimiliki oleh orang tertentu.

Moda transportasi umum tidak ada sama sekali, jadi untuk menuju kota yang berjarak 22 km ayah saya harus bersepeda di hari sabtu pagi. Saat ini dengan menggunakan mobil, jarak 22 km bisa ditempuh dalam 40 menit, namun ayah harus mengayuh sepeda sepanjang hari untuk bisa sampai ke kota dengan tujuan menuntut ilmu.

Kenapa orang dulu lebih sehat? kalau berdasarkan apa yang saya simak dari penjelasan ayah, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan orang dulu memiliki performa yang sangat baik.

Pertama, rata-rata orang dulu sangat aktif berjalan dan boleh dikatakan selalu aktif bergerak. Kedua, makanan yang dikonsumsi adalah hasil tanaman sendiri di kebun/ladang/sawah. Ketiga, umumnya para orang tua dulu sangat aktif membantu satu sama lain dengan cara gotong royong.

Ada satu cerita dimana ayah berujar bahwa dulunya tidak ada yang namanya mobil truk untuk mengangkut batu atau pasir. Akibatnya, masyarakat harus mengangkut batu dari satu tempat ke tempat lokasi pembangunan demi membangun sebuah mesjid setara dengan kecamatan saat ini. 

Dari sini saya sedikit memahami bahwa dulunya orang-orang sangat aktif bergerak dan berjalan bukan hanya untuk diri sendiri namun juga secara kolektif. Jelas dengan pola hidup seperti ini orang dulu memiliki fisik yang boleh dikatakan kuat dan tahan banting.

Bukan hanya itu, secara mental juga mereka lebih kuat ketika ditimpa musibah. Bagaimana tidak, sirkulasi darah di dalam tubuh akan sangat lancar dengan aktif bergerak, hal ini juga berefek pada kondisi kejiwaan yang relatif baik dan pastinya lebih stabil.

Makanya, ini salah satu alasan kenapa orang dulu hampir tidak mengenal yang namanya bunuh diri, sakit jiwa, apalagi putus asa. Dengan pola hidup yang aktif bergerak karena kondisi perekonomian yang masih bertumpu pada pertanian, ketergantungan satu sama lain sangat kuat.

Berbeda dengan sekarang yang semua serba ada dan mudah. Mau belanja ikan, sayur mayur, kebutuhan harian, semua bisa didapatkan dengan sangat mudah cuma beberapa meter dari rumah. Karena mudahnya, jarak beberapa meter saja belanja pakai motor. hmmm

Orang tua dulu harus berjalan jauh untuk hanya bisa membeli kebutuhan dasar karena dulunya orang belum berjualan di toko-toko seperti saat ini. Setidaknya, era pertokoan baru menjamah pedesaan di awal 90-an.

Ayah juga menjelaskan, saat itu di tahun 70-80 an transportasi umum masih sebatas kereta api yang menghubungkan Ulee Lheu yang menjadi pusat kota Aceh yaitu Koeta Radja sampai ke Medan. Kereta api ini warisan Hindia Belanda yang lokomotifnya kini menjadi pajangan.

Saat itu pembangunan kereta api dimaksudkan untuk memasok senjata sebagai alat perang. Belanda membangun rel kereta sepanjang 5 km dari arah pelabuhan ke pusat kota untuk mempermudah gerak mereka. Kereta api ini dibangun tahun 1874. Rel langsung dipesan dari Inggris, termasuk dua lokomotif.

Pembangunan rel kereta api dipelopori oleh gubernur Hindia Belanda James Loudon saat itu. Ia adalah gubernur Hindia Belanda ke 52 yang memerintah dari tahun 1872 - 1875. Bukan hanya itu, ia juga dipercaya sebagai orang yang memulai perang di Aceh. 

Dari kereta api untuk tujuan perang, lalu dibangunlah rute lain menghubungkan Koeta Radja sampai ke langsa. Pada tahun 1884 jalur perkeretaapian diambil alih oleh Atjeh Tram dan baru pada tahun 1916 menjadi bagian nama Atjeh Staatsspoorwegen (ASS). 

Atjeh Staatsspoorwegen (ASS) adalah Perusahaan kereta api yang dimiliki dan dioperasikan oleh Hindia Belanda saat itu. Perusahaan ini merupakan divisi dari Staatsspoorwegen yang kemudian tahun 1945 setelah Indonesia merdeka menjadi cikal bakal Kereta Api Indonesia.

Meskipun demikian, bahan bakar kereta api masih sangat manual, yaitu masih memakai arang. Bisa dibayangkan waktu tempuhnya sangat lama karena tidak seperti kereta api sekarang.

Rute kereta api pun hanya melayani beberapa kabupaten saja dan tidak semua orang bisa menikmati kereta api saat itu. Saya teringat cerita seorang kakek saat menjemput cucunya di sekolah yang kebetulan satu kelas dengan anak saya.

Menurut beliau, dulu pada tahun 70-80 an saat mencoba kereta api baju yang dipakai pasti akan bau dan kotor karena terkena asap lokomotif,. Ya, bayangkan saja bagaimana orang dahulu menikmati hidup yang sangat terbatas.

Untuk jarak 120 km saja kereta api membutuhkan waktu setidaknya 10 jam saat itu. Begitulah tutur sang kakek. Beliau harus berangkat pagi hari dan kemudian sampai sore hari. 

Nah, kalau anak jaman sekarang baru mati lampu sebentar saja ngeluh, apalagi dsuruh naik kereta api pake arang, pasti penuh halaman facebook, instagram, dan twitter dengan keluahan dan cacian. hiihihi

Jadi, saya sangat bisa memahami bagaimana mental orang dulu dengan keterbatasan dibandingkan generasi sekarang yang hidup serba ada dan masih suka mengeluh.

Ada yang unik dari apa yang saya dengar dari penjelasan sang kakek, jenis pasar saat itu masih terbuka lebar dengan pola berjualan di lapangan luas. Para penjual menggelar dagangan dan mereka yang membeli bisa berjalan keliling mencari barang yang dibutuhkan.

Saya bertanya, apakah ada kriminal saat itu? sang kakek menjawab bahwa dulu saat satu orang melakukan tindak kriminal di tempat umum, maka yang lain akan saling membantu saat itu juga tanpa menunggu lama.

Setidaknya, cerita yang saya dapat dari ayah dalam perjalanan pulang kemarin menjadi sebuah warisan ilmu tentang kehidupan masa lalu. Ada banyak pelajaran yang saya tangkap, khususnya bagaimana cara orang dulu menghadapi dan menyikapi hidup. 

Beberapa sumber referensi, (1), (2), (3)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun