Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Manfaat Mengajarkan Pola Pikir yang Baik pada Anak

3 September 2022   12:46 Diperbarui: 7 September 2022   10:57 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membangun pola pikir baik pada anak (Sumber: Shutterstock)

Orangtua mana yang tidak menginginkan anaknya sukses di masa depan. karena alasan ingin anak sukses, orangtua rela mengeluarkan uang begitu banyak dengan tujuan satu, AGAR ANAK SUKSES.

Apakah sukses punya standar?

Tidak ada orangtua yang tidak ingin anaknya sukses, apalagi berhasil mengharumkan nama baik orangtua dengan pekerjaan yang bagus, gaji yang besar, dan karir cemerlang.

Tapi, apakah nilai sukses yang kita ajarkan ke anak sudah benar? Menanamkan nilai sukses secara materi membuat pola pikir anak condong pada karir, sehingga ketika tidak berkarir bagus anak merasa tidak sukses.

Menanamkan Arti Sukses Secara Positif

Nah, banyak orangtua yang memandang sukses secara berbeda. Umumnya dalam masyarakat, sukses melekat pada jenis pekerjaan yang bagus yang bisa memberi kehidupan layak, seperti rumah yang layak huni, harta yang cukup, dll.

Akibat interpretasi sukses seperti ini, mayoritas orangtua menitikberatkan kesuksesan anak sebagai prioritas dengan mengajarkan anak untuk mengejar masa depan.

Akhirnya, dari kecil anak sudah sibuk belajar di usia dini, sekolah, les, privat menjadi 'gizi' pemacu pada anak. Padahal, berdasarkan penelitian, pikiran kita tidak tertitik pada satu arah, 50% dari porsi pikiran kita berpindah setiap saat.

Artinya, jika pikiran hanya diarahkan untuk memikirkan masa depan, maka kemungkinan untuk mengalami rasa cemas dan takut akan lebih besar. Sehingga, pikiran akan gampang stres dan mengalami depresi. 

Nyatanya, apa yang dibutuhkan anak adalah fokus pada saat ini, bukan hanya ke depan. Mengarahkan anak untuk mengejar target akan membuat memori mereka rentan terhadap rasa takut dan gagal jika tidak mencapai target yang ditetapkan.

Ketika anak diarahkan untuk fokus pada apa yang dilakukan saat ini, rasa senang anak akan lebih besar. Dengan begitu anak akan lebih produktif karena rasa senang menyumbang 12% produktivitas. 

Capaian atau target memang dibutuhkan, namun jangan condong mengarahkan anak untuk menyelesaikan apa yang ditargetkan. Fokuslah pada apa yang sedang dikerjakan anak secara bertahap.

Memahami Menggunakan Waktu dengan Benar

Bagaimana anak-anak dibiasakan di rumah? Apakah mereka sibuk menghabiskan waktu pada hal produktif atau bermalas-malasan tanpa memahami nilai waktu?

Pola pembiasaan terhadap aktivitas haruslah mengajarkan hal positif. Jika tidak dibiasakan dengan benar, anak akan salah mengartikan makna sibuk ketika dewasa.

Ajarkan kepada anak bagaimana seharusnya mereka menghabiskan waktu dengan hal-hal yang positif. Misalnya, selain belajar, anak juga harus dikenalkan dengan hobi yang positif.

Contohnya, seperti berkebun, memasak, menjahit, dan melukis. Dengan melakukan hobi, anak akan mengasah kreativitas dan menemukan bakat mereka secara mandiri dan juga alami. 

Ketika mereka mampu menemukan apa yang mereka senangi, anak akan lebih terarah dalam menghabiskan waktu dan rasa senangnya juga akan lebih banyak sehingga akan terhindar dari rasa cemas berlebihan.

Hindari menetapkan jadwal anak berlebihan yang membuat mereka tidak memiliki ruang untuk mencoba hal baru. Berikan kebebasan pada anak untuk mencoba sesuatu yang mereka senangi.

Arahkan bakat anak dengan baik, jadwalkan kegiatan yang mungkin mereka ingin lakukan secara rutin agar otak mereka tidak hanya terfokus pada belajar semata.  

Mengajarkan Arti Sebuah Kesalahan

Bukankah setiap orangtua dulunya pernah berbuat salah? Oleh karena itu berikan kesan positif saat anak melakukan kesalahan. Jangan mengarahkan anak untuk menghindari kesalahan.

Anak berbuat salah adalah hal yang wajar karena mereka sedang mengeksplorasi. Dalam rasa keingintahuan anak, mereka akan secara tidak sadar mencoba dan mudah melakukan kesalahan.

Biarkan anak mencari tahu dengan cara mereka. Jangan menakut-nakuti anak secara berlebihan sehingga mereka nantinya akan enggan untuk mencoba hal baru.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Carol dweck, seorang peneliti di universitas Stanford, California menunjukkan bahwa, saat anak dikelompokkan dengan pola pikir tertentu, maka anak akan condong menghindari untuk mencoba sesuatu yang mereka tidak bisa.

Misalnya, ketika anak diberitahu, "Awas, jangan pakai cat berlebihan nanti tumpah ke baju", otak anak akan mengarahkan mereka untuk menghindari ketimbang mencoba. 

Semakin sering anak dikomentari tentang kesalahan yang mereka lakukan, secara otomatis anak lebih memilih untuk tidak melakukannya. 

Otak sejatinya terhubung untuk mencoba hal baru, dan melakukan kesalahan adalah cara terbaik untuk otak agar membentuk input.

Jadi bagi orangtua, tanamkan pola pikir yang benar pada anak. Ajarkan kepada mereka bahwa melakukan kesalahan itu wajar dan perlu. Berikan motivasi kepada anak untuk mencoba hal baru agar mereka optimis. 

Konsep seperti ini akan menanamkan rasa ingin mencoba dan tidak takut ketika berbuat salah. Secara jangka panjang anak tidak akan mudah merasa down dan memiliki rasa percaya diri lebih tinggi karena tidak merasa tertekan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun