Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tantrum pada Anak, Sebab dan Cara Mengatasinya

28 Januari 2022   11:48 Diperbarui: 29 Januari 2022   09:17 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak tantrum (Sumber: Shutterstock via lifestyle.kompas.com)

Apa itu tantrum dan bagaimana cara mengatasinya?

Tantrum merupakan sebuah perilaku anak yang disebabkan karena ketidakmampuan menyalurkan emosi. 

Emosi pada anak di bawah 4 tahun belum bisa diekspresikan dengan benar dan baik, sehingga muncullah perilaku yang dikenal dengan tantrum.

Bagi orangtua, ada yang menganggap tantrum adalah perilaku anak yang kelewatan. Bahkan, ada yang merespon tantrum dengan cara yang sebenarnya malah bisa membuat anak tidak mampu mengendalikan emosi.

Kenapa tantrum bisa terjadi?

Orangtua perlu memahami bahwa tantrum adalah bagian dari tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi, perilaku tantrum ini adalah hal wajar yang dialami anak pada usia 1-4 tahun.

Kenapa anak bisa mengalami tantrum?

Umur 1-4 tahun adalah masa perkembangan paling penting bagi anak. Jika pada umur 0-1 tahun anak belajar memahami kata-kata, maka umur 1-2 tahun anak mulai belajar mengungkapkan sesuatu dengan bahasa kata. Baru pada umur 2-3 tahun anak akan mampu belajar meluapkan keinginan secara perlahan. 

Seiring waktu, kemampuan mengekspresikan diri akan terus berkembang. Tentu dengan bantuan orangtua yang aktif berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak. 

Pada tahap umur 3-4 tahun, kemampuan berbahasa anak akan terlihat lebih baik. Di sini anak seharusnya sudah mampu menunjukkan sikap senang, sedih, marah, dan lainnya. 

Tantrum akan mulai muncul pada kisaran umur 2-3 tahun. Namun, setiap anak memiliki kecendrungan yang berbeda. Ada yang tingkat tantrumnya tidak begitu mencolok, sebaliknya ada yang sangat terlihat. 

Nah, ketidakmampuan anak untuk menunjukkan emosi atas keinginan atau perasaan mereka menyebabkan tantrum muncul. Tujuan utama anak meluapkan emosi adalah untuk menarik perhatian orangtua.  

Sayangnya, anak pada umur 2-4 tahun masih belum mampu mengontrol emosinya secara benar. Ini mengakibatkan mereka condong mengeluarkan tindakan yang bagi orang dewasa dianggap 'tidak layak'.

Misalnya, anak berteriak kencang, melempar barang, menjatuhkan badan ke lantai, memukul orang lain dan tindakan lainnya yang tidak bisa di kontrol.

Sekali lagi, semua tindakan ini dianggap sangat wajar jika terjadi pada anak di bawah 4 tahun. Intensitas luapan emosi pada anak sangat tergantung pada cara orangtua menganggapi anak saat tantrum terjadi.

Bagaimana seharusnya orangtua bertindak?

Tantrum adalah reaksi yang muncul dari dalam. Saat tantrum terjadi pada anak, hal yang paling diperlukan adalah ketenangan. 

Orangtua perlu bertindak setenang mungkin untuk bisa menenangkan sang anak. Yang sering terjadi adalah ketidakmampuan orangtua mengontrol emosi mereka saat menangani anak tantrum. Ini mengakibatkan reaksi anak lebih buruk. 

Bagi orangtua, coba tenangkan diri terlebih dahulu dan jangan terbawa emosi. Pahami bahwa tujuan anak menunjukkan tantrum karena mereka belom mampu mengkomunikasikan secara bahasa verbal.

Artinya, anak pada hakikatnya hanya ingin menarik perhatian orangtua. Penting bagi orangtua untuk bertindak secara benar dalam menangani emosi anak yang belom terkontrol dengan baik.

Hal yang perlu dilakukan orangtua adalah mempelajari pola tantrum anak. Coba telusuri hal apa yang bisa membuat tantrum muncul dari anak. Misalnya, saat keinginan anak tidak terpenuhi. 

Contoh kecil, bagi anak usia 2-3 tahun umumnya mereka ingin bermain lebih banyak, ini sangat normal dan alamiah. 

Jadi, saat anak sedang bermain dan orangtua menyuruh berhenti, maka anak akan menolaknya.

Reaksi saat menolak menyebabkan tantrum terjadi. Anak akan marah dengan menangis, melempar mainan, atau bahkan membanting pintu rumah atau benda di sekitarnya.

Pada dasarnya tujuan anak adalah agar orangtua memberikan atau membiarkan ia tetap bermain. Namun, karena tidak bisa menjelaskan secara verbal, ia akan menarik perhatian dengan cara meluapkan emosi secara tidak benar.

Apa yang harus dilakukan orangtua pada konsisi seperti ini?

Nah, caranya cukup santai saja. tenangkan diri dan jangan marah. Ingat ya! jangat marah pada anak. 

Ada baiknya sebelum menyuruh anak berhenti main terlebih dahulu buat kesepakatan bersama. Berapa lama waktu bermain yang dibolehkan. Berikan kebebasan pada anak untuk memilih pilihan yang orangtua tentukan. Sebagi contoh, jika waktu bermain satu jam, maka ingatkan kembali pada anak 30 menit sebelum waktu berakhir.

Kenapa perlu mengingatkan anak? 

Otak anak belum berkembang secara maksimal. Artinya, mereka belom mampu mengambil kesimpulan. Di sini peran orangtua untuk membuat anak paham secara bertahap.

Ingatkan anak tentang waktu yang akan segera habis minimal 2 kali. Jadi, anak tidak terkejut saat tiba-tiba orangtua menghentikan waktu bermain anak seketika. 

Dengan cara mengingatkan, anak juga akan belajar memahami konsep menggunakan waktu dengan baik. Jika anak juga tidak mau berhenti, coba tanyakan apa yang ia mau dan buatlah pilihan yang lain. 

Kesalahan yang sering dilakukan orangtua adalah mengikuti keinginan anak. Saat anak tantrum orangtua akan panik dan condong membiarkan keinginan anak.

Dengan cara ini sebenarnya orangtua sedang mengajarkan hal yang buruk pada anak. Secara tidak langsung orangtua membolehkan sesuatu dengan cara menangis, mengamuk, dan emosi lainnya.

Misalnya, saat anak meminta mainan dan bersikeras mengambil lalu ia mennagis keras dan menjatuhkan diri ke lantai, maka orangtua yang tidak sabar akan langsung menyerah dan membiarkan anak memiliki keinginannya.

Padahal, jika ini terus dilakukan maka anak akan gagal belajar mengontrol dan mengelola emosi dengan benar. Akibat jangka panjang ia akan menjadi pribadi dewasa yang cepat marah dan mudah meluapkan emosi. 

Sebaiknya, orangtua perlu memahami bahwa keinginan anak tidak selalu dan semuanya dikabulkan. Ada hal-hal yang tidak boleh disetujui walau saat mereka harus marah, sedih atau mengamuk.

Anak memang harus secara alamiah belajar memahami rasa senang, sedih, marah, kesal secara seimbang. Semua perasaan ini mulai dipelajari anak dari umur 1-4 tahun. 

Adapun tantrum yang terjadi di usia 2-4 tahun masih masuk katagori wajar dan alamiah. Anak perlu mengalami perasaan marah, senang, sedih dan kesal tentunya dengan cara yang baik.

Tantrum umumnya terjadi dalam durasi 2-15 menit, sangat tergantung dengan kondisi anak. Namun jika melebihi 15 menit maka ini perlu ditindaklanjuti secara khusus.

Pola komunikasi dan interaksi orangtua dengan anak sangat menentukan kualitas tantrum. Anak bisa berhenti meluapkan emosi jika ditangani dengan cara tenang, atau malah semakin memburuk jika orangtua malah bersikap marah.

Melatih anak agar mampu mengontrol emosi dengan baik

Salah satu cara efektif mengajari anak meluapkan emosi dengan baik yaitu dengan hubungan yang baik antara anak dan orangtua. Komunikasi dan interaksi orangtua bersama anak menjadi kunci utama.

Umur 1-3 tahun merupakan fase di mana anak sangat perlu dekat secara emosional dengan orangtua. 

Keseimbangan kedekatan antara seorang ayah dan ibu bersama anak dapat menciptakan emosi yang stabil secara alamiah.

Pada saat orangtua gagal membersamai anak maka ini bisa memperburuk kondisi psikis anak. Fungsi orangtua sebagai role model sangatlah penting bagi anak dan tidak bisa digantikan orang lain.

Anak perlu belajar cara berkomunikasi dengan baik dan berinteraksi dengan layak dari orangtua mereka. 

Cara orangtua berkomunikasi sangat berpengaruh kepada mood anak, begitupula bagaimana orangtua berinteraksi dengan anak.

Sifat orangtua yang tenang juga bisa diserap anak menjadi bagian dari kepribadian anak kelak ketika dewasa. Pun demikian, menanggapi emosi anak dengan marah-marah juga bagian yang akan membentuk karakter anak.

Orangtua menyiram, anak akan tumbuh sesuai siraman

Baik atau tidaknya kualitas kontrol emosi anak sangat ditentukan oleh bagaimana orangtua menyiram emosi kepada anak. 

Mereka yang condong suka marah kepada anak dan berteriak, maka anak mewarisi sifat yang sama pada anak.

Sifat lemah lembut, bawaan tenang, suka bercanda bersama anak melahirkan sosok pribadi anak yang sama seperti orangtuanya. 

Kualitas bayangan sangat tergantung pada cermin yang membiaskan. Jika cermin kotor maka kualitas bayangan akan buruk, namun cermin yang bersih memberikan efek bayangan yang terang.

Nah, sebelum menyikapi tantrum pada anak, ada baiknya merefleksi kualitas cara kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak. Bisa saja selama ini sebab tantrumnya anak karena pola komunikasi orangtua yang sedikit frontal.

Biasakan untuk sering mengajak anak berkomunikasi dengan bercanda agar anak mau berinteraksi. Sifat alamiah anak adalah suka bermain dan tidak suka hal yang tetap.

Keingintahuan anak menyebabkan mereka suka mencoba dengan cara yang berbeda. Kadangkala cara mereka bukanlah sesuatu yang mudah diterima orangtua. 

Oleh karena itu orangtua perlu bijak bersikap saat berinteraksi dengan anak. Ajarkan apa yang boleh dan tidak dengan cara yang menyenangkan bagi anak, bukan dengan memarahi dan menyalahkan anak. Ini akan mengajarkan anak cara berperilaku yang buruk.

Biarkan anak untuk belajar secara alami cara menyalurkan emosi mereka. Jika anak marah maka biarkan mereka mengelola rasa marah dengan baik, jangan sampai kita sebagai orangtua juga ikut marah.

Pada saat anak kesal karena kemauan mereka tidak dikabulkan, maka ajarkan kepada mereka bahwa tidak semua hal dibolehkan. Beri penjelasan mana yang boleh dan tidak dengan cara yang mudah dipahami anak. 

Mengabulkan semua permintaan anak malah akan menjadikan mereka pribadi yang gagal mengelola emosi. Kalau mereka berteriak lalu orangtua memberikan, maka anak akan belajar bahwa marah itu dibolehkan saat menginginkan sesuatu.

Inilah yang menyebabkan banyak sekali anak yang tumbuh kembangnya terganggu dan gagal mengontrol emosi karena tindakan orangtua yang tidak tepat dan bijak.

Orangtua mesti sabar dan bijak dalam berinteraksi dengan anak. Jika anak mengalami tantrum, pahami sebabnya terlebih dahulu. 

Membiarkan mereka marah tidak akan menjatuhkan martabat orangtua, walau sebenarnya orangtua tidak mau malu di depan umum.

Padahal membiarkan anak untuk nangis, marah, atau kesal perlu dilakukan agar anak bisa belajar. Tentunya dengan cara yang tepat dan bijaksana. Bukan berarti membiarkan anak terus menangis tanpa pendampingan.

Sebaliknya, orangtua perlu mendampingi sambil mengawasi anak saat tantrum terjadi. Pada kondisi tertentu orangtua perlu menjauhkan anak dari barang-barang yang bisa melukai anak atau orang lain. 

Jika sudah selesai meluapkan emosi, anak akan diam dan tenang dengan sendirinya. Peran orangtua adalah mengajarkan anak bahwa sikap yang dilakukan itu salah, tapi jangan memojokkan anak di depan orang lain.

Ajak anak ketempat sepi, berikan alasan yang baik kenapa sikapnya salah dan apa yang seharusnya dilakukan anak ketika keinginan mereka tidak tersampaikan. 

Orangtua jangan terfokus pada sifat buruk anak, pujilah anak terlebih dahulu agar mereka tidak merasa disudutkan. Lalu, perlahan dengan tenang apa yang sebaiknya dilakukan anak. Berikan nasehat pada anak saat mereka tidak lagi menangis atau sudah merasa tenang.

Ingat! jangan memarahi anak karena itu malah akan membuat anak marah. Jangan menyalahkan sikap anak, namun katakan itu tidak baik. 

Berikan pemahaman dengan cara yang santun dan nada yang rendah karena anak akan mudah menerima nasihat yang tidak menyudutkan sikap buruk anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun