Istilah learning loss menjadi isu penting yang harus dipahami oleh pendidik, pembuat kebijakan, perancang kurikulum serta mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Sejak Covid-19 menyapa, hampir semua negara dirugikan baik secara ekonomi maupun sektor lainnya. Adapun sektor pendidikan menjadi bagian yang paling mendapat efek paska munculnya virus yang mematikan ini.
Dunia pendidikan sangat terpukul dengan penutupan sekolah, atau dalam istilah penelitian saat ini lebih dikenal dengan sebutan school closures. Hal ini bukan hanya berdampak pada terhentinya proses belajar-mengajar, tapi juga berimbas pada manajemen waktu dalam rumah tangga.
Apa Sebenarnya Learning Loss?Â
Istilah Learning loss merujuk pada berkurangnya proses tatap muka sehingga berakibat pada hilangnya jam belajar aktif di sekolah. Secara jangka panjang ini sangat berbahaya karena berkurangnya transfer ilmu dan berubahnya pola belajar.
Hasil penelitian terbaru April 2021 dengan judul Learning loss due to school closures during the COVID-19 pandemic memaparkan fakta bahwa proses belajar dari rumah hanya memberikan efek kecil atau bahkan sangat kurang bagi pemahaman siswa.
Penelitian ini memakai sampel sekolah dengan fasilitas lengkap di Belanda yang menfasilitasi proses belajar dengan baik selama masa pandemi. Meskipun dengan dukungan sangat baik, learning loss masih menjadi kendala paling besar. (baca di sini)
Bagaimana dengan negara yang menerapkan pembelajaran daring tanpa dana dan dukungan memadai dari pemerintah?
Nah, ini yang menjadi kekhawatiran besar di negara dengan fasilitas sangat kurang selama proses transfer ilmu secara daring. Dalam jangka panjang ini akan berdampak pada berubahnya pola belajar dan secara tidak langsung berdampak pada kesenjangan generasi (generation gap).Â