Generation gap
Ketika proses belajar terus menerus berlangsung secara daring, maka pola interaksi dan transfer ilmu juga akan berubah. Perlahan cara berpikir, berperilaku, penilaian dan sudut pandang juga akan bergeser. Hal ini akan mengarah pada munculnya kesenjangan generasi kedepan.
Sistem pembelajaran saat ini tidak hanya memotong jam belajar tapi juga interaksi fisik. Siswa harus menyesuaikan pembelajaran daring karena terpaksa mengikuti sistem yang menghilangkan pertemuan antar siswa secara tatap muka.
Bagaimana nasib siswa-siswi kedepan?Â
Para pembuat kebijakan yang bergerak dalam lingkup kurikulum, pendidik, dan pengawas perlu berpikir jauh kedepan. Jangan hanya mengikuti sistem tanpa ada perencanaan yang matang.
School closures bukanlah alternatif yang baik, negara seperti Belanda saja yang memiliki dukungan penuh dari pemerintah baik secara fasilitas dan moril masih menganggap sekolah secara daring sangat merugikan siswa. Bagaimana dengan negara yang dukungan pemerintah sangat minim?
Orangtua sebagai Support system
Mengakui atau tidak, efek penutupan sekolah sangat berdampak bagi keluarga. Orangtua kini 'dipaksa' untuk siap menfasilitasi anak dari dalam rumah. Sementara sekolah sendiri kebingungan bagaimana mengarahkan anak didik melalui media daring.
Kemampuan finansial orangtua mengakibatkan munculnya 'gap' antara si kaya dan si miskin dalam pola pembelajaran daring, akhirnya yang beruntung akan mendapatkan akses belajar sedikit lebih baik dibanding mereka dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu.
Kesiapan orangtua menfasilitasi anak baik secara finansial dan dukungan pendampingan menjadi isu paling krusial selama pandemi ini. Betapa tidak, banyak keluarga yang sangat merasa kewalahan karena harus bekerja sambil 'membantu' anak belajar daring.
Seefektif apakah pembelajaran daring dari rumah?