Mohon tunggu...
Qalam Jalanan
Qalam Jalanan Mohon Tunggu... Jurnalis - menulis untuk membagi

pengelana yang mencoba mengais makna dari setiap langkahnya, menulis untuk bukti pengamalan pemahamannya, jangan di anggap pintar saya adalah manusia tanpa pengetahuan apapun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inspirasi | Belajar Memandang dari Majnun dan Layla

20 Februari 2020   07:32 Diperbarui: 20 Februari 2020   07:31 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: milesafterblogspot.com

Pada suatu hari diadakan sebuah jamuan makan besar di kediaman Layla. Qais yang mendengar berita tersebut lantas bergegas menuju rumah Layla, ia menyelinap diam-diam karena memang tidak diundang. Setibanya Qais di rumah Layla, para warga sudah panjang mengantri, dengan setiap orang membawa satu buah piring dan bergiliran untuk diisikan piringnya -kurang lebih seperti prasmanan- matanya mengawasi segala arah mencari pujaan hatinya.

Hingga matanya mendapat apa yang dicari. Layla berdiri di depan antrian menuangkan semangkuk sup kepada para warga Qais yang melihat itu lantas segera masuk ke dalam antian, dengan tangannya membawa sebuah piring tentu saja. 

Setelah agak lama berada dalam antrian tiba giliran Qais menyodorkan mangkuknya kepada Layla. Namun alih-alih sup yang didapat, justru dengan tatapan marah Layla membanting piring Qaiskelantai hingga pecah berantakan.

Seluruh isi ruangan tertawa. Mereka menertawakan Qais yang harga dirinya di injak-injak oleh  Layla, ternyata tidak hanya yang hadir yang tertawa Qais pun ikut tertawa. Karena merasa aneh salah seorang di antara mereka menegur Qais.

"wahai Qais si majnun, bagaimana kau masih bisa tertawa sementara harga diri anda di injak-injak?"

"Ya, aku masih bisa tertawa karena aku tahu maksud Layla sebenarnya. Ia memang benar-benar cinta kepdaku," jawab Qais

warga yang mendengar jawaban Qais semakin geram.

"Apakah kau tidak mengerti wahai majnun? Layla jelas menolakmu mentah-mentah bahkan ia membanting piringmu agar kau terhina."

"oh, tidak sungguh sebenarnya kalian yang tidak mengerti. Layla membanting piringku sama sekali bukan untuk menghinaku, justru ia melakukan itu agar aku mengambil piring yang baru dan mengantri sekali lagi. Dengan begitu aku dan Layla bisa berlama-lama saling memandang."

Sumber: milesafterblogspot.com
Sumber: milesafterblogspot.com
sekarang mari kita belajar dari kisah ini, taruhlah Layla ini sebuah kebaikan dan kita adalah Qais. sering kali ketika kita melakukan sebuah kebaikan orang-orang di sekitar kita malah akan merendahkan kita, atau menganggap kita bodoh. tapi lihatlah bagaimana Qais memandang penghinaan itu jadi ketika anda merasa yakin dengan kebaikan yang anda lakukan seharusnya anda faham apa yang tidak di pahami oleh orang-orang yang merendahkan anda.

Pada intinya ketika anda merasa yakin, jangan pernah menghilangkan keyakinan itu hanya karena komentar lingkungan. karena mereka hanya tau apa yang mereka lihat. sementara kita benar-benar tau apa yang kita lakukan, komentar orang itu hanyalah sampah dalam suatu kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun