Mohon tunggu...
Tohirin Sanmiharja
Tohirin Sanmiharja Mohon Tunggu... -

Tohirin Sanmiharja, Dosen al-Islam-Kemuhammadiyahan, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rahasia Kehendak Allah

27 November 2013   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:38 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia. (Q.S.al-Baqarah [2]: 117).

Kesalahan paling fatal yang sering kita lakukan adalah meragukan kekuasaan Allah SWT. Mungkin sikap seperti ini tidak secara langsung. Kalau pun misalnya ditanya aapakah kita ragu terhadap kekuasaan Allah, jawabnya kemungkinan besar “tidak”. Tapi sikap keseharian kita yang seringkali menunjukkan keraguan terhadap kekuasaan Allah SWT.

Itulah sebabnya seringkali kita bimbang dalam menghadapi kenyataan hidup. Ada banyak hal yang sebenarnya mungkintapi kita terlanjur menganggap tidak mungkin bagi kita. Karena daya dan upaya kita terbatas, maka kita juga membatasi diri. Bukan membatasi secara proporsional dalam arti mengerti potensi dan kemampuan yang ada. Namun pembatasan yang sifatnya mengkerdilkan dan mereduksi peluang positif, bahkan pertolongan Allah SWT.

Inilah akibat berpikir serba rasional. Harus diakui, berpikir rasional di satu sisi memang baik. Namun pada titilk yang ekstrim, ia menjadi mereduksi kuasa Allah SWT. Atau dengan bahasa lain, sebenarnya masih ada jalan rasional yang tak terpikirkan, namun ia telah berhenti pada apa yang ia pikirkan. Berpikir rasional pada titik yang ekstrim justru membuat daya kreasi dan inovasi kita menjadi kurang spektakuler.

Nah, pada titik lemah inilah kemudian Allah SWT hadir sebagai penjamin. Adalam surat at-Thalaq ayat 1-2 Allah SWT berfirman: barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Kehendak Allah. Itulah rumus berikutnya yang kita dapat dalam al-Baqarah; 117 di atas. Yakinlah bahwa jika Allah berkehendak semuanya akan mudah, semuanya menjadi mungkin. Perhatikan kalimat berikut: dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia. Maka mohonlah kepada Allah SWT agar ia berkehendak untuk melimpahkan anugerah dan jalan keluar atas masalah yang kita hadapi. Ketuklah kehendak Allah SWT agar Allah SWT mengabulkan apa yang kita cita-citakan.

Dalam perspektif rasional, sebenarnya bukan sesuatu yang kita cita-citakan tak mungkin. Bukan berarti solusiyang kita harapkan tak mungkin. Tapi ada sisi kemungkinan yang tak terbaca oleh akal pikir kita. Mungkin kita malas, mungkin kita yang membatasi akal pikir, atau mungkin memang terlalu jauh dengan kondisi dan upaya yang kita bisa. Tapi masih mungkin, masih rasional.

Lalu apa? Apa rasionalitasnya? Ini adalah titik klimaks dimana akal pikir kita memang serasa sudah final. Upaya yang kita lakukan juga serasa sudah final. Maka pada kondisi seperti itu tak diharuskan memeras lebih kuat lagi akal pikir kita agar menemukan jalan yang kita harapkan. Di sinilah Allah SWT bermurah hati untuk menggantikan kelelahan kita.

Seolah-olah Allah “berkata”: sudahlah, kau sudah lelah, usahamu sudah maksimal. Sekarang serahkan kepada-Ku. Aku yang akan menuntaskan apa yang engkau inginkan. KUN; jadilah! FAYAKUN; maka terwujudlah apa yang engkau harapkan. Ingat, syarat utamanya satu kata,”percayakan pada Allah”. Sudahkah kita percaya sepenuhnya pada Allah? []

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun