Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Atidjo Alkostar, Instagram dan Sorak Sorai Koruptor

1 Maret 2021   16:23 Diperbarui: 1 Maret 2021   17:06 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenaskan. Ketika kita gencar melawan para koruptor, kita justru kehilangan pendekar peradilan.

Dalam dua hari terakhir kita disuguhi berita yang memiriskan hati. Nurdin Abdullah gubernur Sulawesi Selatan yang notabene penerima Moh Hatta Award, simbol anti korupsi, terjaring OTT KPK.

Bagaimana tidak menyayat hati. Apakah belum cukup pelajaran dari tertangkapnya dua menteri kabinet Indonesia Maju sebelumnya? Ataukah sudah hilang empati kepada masyarakat yang terpuruk akibat pandemi covid-19?

Tetiba kita disentakkan berpulangnya seorang Artidjo Alkostar. Kita mengenalnya sebagai pendekar peradilan. Hakim agung yang pedang keadilannya begitu tajam bagi para koruptor.

Artidjo Alkostar lebih suka memenuhi ruangan kantornya dengan berkas-berkas perkara daripada tumpukan koper-koper berisi milyaran rupiah.

Tidak banyak hakim yang berani memutuskan hukuman berat bagi para koruptor. Artidjo Alkostar salah satu dari yang tidak banyak itu. Kepulangannya menjadi duka bagi kita yang mendamba keadilan.

Tapi tentunya tidak bagi para koruptor . Mereka bersorak-sorai. Ketawanya memenuhi seluruh langit negeri. Jamuan rasa syukur segera dihidangkan. Pesta pora!

Hari Minggu, Buku dan Instagram

DokPri
DokPri

Entah kenapa mendengar seorang gubernur kena OTT KPK saya teringat bukunya mantan menteri penerangan di jaman Orde Baru Harmoko. Judulnya Zaman Edan. Buku kumpulan sketsa kehidupan.

Saya buka halaman 34 bagian 1 dengan topik sosial ekonomi. Dengan judul sketsa yang juga menjadi judul buku Harmoko menulis tentang kondisi masyarakat yang terpuruk ekonominya.

Harmoko menutup tulisannya dengan pertanyaan apakah ini artinya kita sudah memasuki zaman edan? Zaman yang digambarkan oleh seorang Ronggowarsito.

Pujangga kraton Kasunanan Surakarta. Ronggowarsito menggambarkan situasi zaman edan itu seperti ramalan Joyoboyo. Orang jahat kelihatan baik sebaliknya orang baik menjadi terkesan jahat.

Pada zaman edan kalau tidak ikut gila tidak bakalan kebagian. Gambaran maraknya korupsi kerah putih kira-kira seperti itu yang diramalkan Joyoboyo. Siapa sangka orang yang mendapatkan Moh Hatta Award justru terjerat kasus korupsi.

Minggu kemarin saya juga membuka Instagram. Najwa Shihab si tuan rumah Mata Najwa memposting puisinya A. Mustofa Bisri dan sosok Artidjo Alkostar.

Puisi sang kyai yang nyeniman itu berjudul Di Negeri Amplop. Salah satu bait puisinya begini:

Amplop-amplop di negeri amplop

mengatur dengan teratur

........

Sementara dalam postingan sosok sang pendekar keadilan Najwa Shihab mengutip salah satu pernyataan Artidjo Alkostar. Intinya kira-kira, saya ingin sekali menjatuhkan hukuman mati kepada para koruptor. Tapi tidak bisa karena bunyinya undang-undang tidak memungkinkan untuk itu.

Jadi yang bisa dilakukannya hanya menjatuhkan hukuman yang seberat-beratnya bagi para koruptor.

Selamat jalan Artidjo Alkostar. Selamat bercengkerama dengan sang Maha Pengadil Sejati!

Jkt, 010321

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun