Mohon tunggu...
MASRUR
MASRUR Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMPN 3 Jember

Membaca, Menuulis, Olahraga (bola), dan Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Meneropong Perempuan dengan Kaca Mata Feminisme dan Ketidakadilan Gender dalam Novel "Geni Jora"

26 Januari 2024   09:58 Diperbarui: 26 Januari 2024   10:07 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam novel Geni Jora juga terdapat ketidaksejajaran antara laki-laki dengan perempuan dalam hal mendapatkan lapangan pekerjaan. Laki-laki selalu menjadi prioritas utama dibandingkan perempuan. Laki-laki diprioritaskan karena mereka dianggap dapat memberikan hasil yang lebih besar kepada instansi yang bersangkutan daripada perempuan dan perempuan selalu dinomorduakan karena mereka yang dianggap tidak akan mampu bekerja dengan baik seperti laki-laki. Mereka menganggap laki-laki dapat memberikan kontribusi lebih banyak dibanding dengan perempuan.

“Ini kue yang sangat lezat. Peramunya pastilah memiliki cita rasa yang tinggi. Seorang perempuan…? Kelekar Ayeda.

“yang disabot laki-laki,”timpal Nadia, ”koki-koki hotel, anehnya diminati para laki-laki sebagai profesi.” (GJ:24).

Jora tidak setuju terhadap ketidakadilan yang diterima kaumnya. Ia berpendapat bahwa perempuan dalam perananya di sektor publik selalu termarginal. Dalam memperoleh pekerjaan laki-laki adalah pilihan utama. Anggapan laki-laki bahwa perempuan tidak boleh menjabat pekerjaan yang menjadi bidang laki-laki menyebabkan perempuan tidak dapat maju seperti laki-laki (lihat GJ:24). Mereka takut perempuan akan menjadi saingannya apabila mereka mempunyai penghasilan sendiri. Selama ini hak perempuan selalu dikesampingkan dan diabaikan oleh laki-laki. Oleh sebab itu, mereka menyebut laki-laki bekerja sebagai profesi, sedangkan perempuan bekerja disebut sebagai pekerja sampingan. pentingnya mewujudkan kesetaraan dalam segala bidang. Kebebasan dalam berkretivitas dan melihat dunia luar akan membantu perempuan untuk memperoleh wawasan dalam bidang pengetahuan, sehingga peranannya dalam masyarakat dapat diperhitungkan. Akibat posisi perempuan termarginalisasi, kultur mengenai deskriminasi tersebut tidak saja membatasi pengembangan potensi akademik kaum perempuan, namun juga menimbulkan ketidakadilan hanya karena alasan gender. Hal ini sangat tidak adil dan merugikan perempuan. 

 

Kekerasan

Kekerasan (violence) adalah serangan (assult) terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang (Fakih, 2003:17). Adanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan sering kali dimanfaatkan oleh laki-laki yang menganggap dirinya mempunyai kekuatan fisik yang lebih dibandingkan dengan perempuan. Kekerasan ini mencakup kekerasan fisik seperti pemerkosaan dan pemukulan, sampai kekerasan dalam bentuk yang lebih halus seperti pelecehan dan penciptaan ketergantungan.

            Di dalam novel Geni Jora, bentuk kekerasan terhadap perempuan dialami Jora sejak kecil. Tindakan kekerasan dan penyerangan fisik berupa kekerasan terselubung (molestation), yakni memegang atau menyentuh bagian tertentu tubuh tanpa kerelaannya, dilakukan oleh paman Jora dan Zakky. Pelecehan seksual yang dilakukan oleh paman Jora yang suka memegang-megang bagaian tubuh tertentu.

Ayo. Ambillah!”paman mendesak. Ia mencari tanganku dan menaruh kalung itu dalam genggamanku. Setelah kalung kugenggam dengan gemetar, ternyata paman tidak melepas tanganku, ia tetap memegangnya, bahkan lebih erat (GJ:86).

Dalam memberikan hadiah, Paman Hasan memaksa Jora untuk mengambil hadiah pemberiannya. Paman Hasan memegang tangan Jora. Ia tidak mau melepasnya, karena ia mencintai keluguan dan kepolosan Jora. Pada waktu Jora masih kecil, pamannya sering memaksa dan memperlakukan jora dengan tidak senonoh. Jora tidak berani menolak pemberian pamannya, sebab ia masih kecil dan tidak mempunyai kekuatan untuk memberontak pamannya.

Ditariknya jemariku untuk diciumnya berulang-ulang. Tangan kanannya hendak meraih leherku saat kudengar langkah tersendat-sendat…”Ssst! Jangan bergerak! Biar kututup pintunya,” bisik paman (GJ:86).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun