Mohon tunggu...
PUDJO SUPRAPTO
PUDJO SUPRAPTO Mohon Tunggu... -

Businness owner, Writer, Blogger, and Banker

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Baut Ban Mobil Pembawa Pesan

23 Desember 2009   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seorang mahasiswa bermobil berniat akan sembahyang Jum'at di dekat rumahnya. Karena jarak yang cukup dekat, maka dari rumah ke masjid cukup hanya berjalan kaki saja. Pakaianpun seadanya yang memenuhi syarat untuk bersembahyang. Bahkan dompet pun ditinggal di rumah. Tak lupa sebelum berangkat, terselip di kantungnya uang sejumlah seribu rupiah diniatkan untuk dimasukkan ke dalam kotak sumbangan masjid.

Saat sampai di masjid, ternyata jamaah sudah penuh sampai luber keluar, sehingga si mahasiswa tadi tidak dapat tempat. Maka diapun mendengarkan khotbah sambil berdiri di halaman, dan tentunya kotak sumbangan tidak lewat didepannya. Akibatnya uang seribu di kantong tetap utuh sampai sholat Jum'at selesai.

Kalau memang sudah niat, seharusnya bisa saja kotak sumbangan itu dicari dan uang dimasukkan. Tapi kenyataannya, rasa sayang terhadap uang sejumlah itu masih mengganggu. Lumayan untuk sepiring nasi padang dengan lauk ayam goreng untuk makan siang untuk ukuran pada masa itu. Sehingga uang seribu rupiah tersebut tidak jadi masuk kotak sumbangan, tapi dibawa pulang kembali.

Jam sudah menunjukkan saat makan siang setelah selesai sholat Jum'at. Maka setelah itu, ia bersama pembantunya pergi keluar mencari makan siang dengan mobilnya. Belum sampai tempat tujuan, terdengar suara dentuman keras di roda sebelah kiri depan. Mobilpun ditepikan dan kebetulan berhenti di antara andong-andong yang sedang parkir mencari muatan. Setelah di cek, ternyata baut roda yang berjumlah empat buah hanya tinggal tersisa dua buah, dan itupun sudah mau lepas. Pantas saja roda jadi oleng dan menimbulkan bunyi keras. Segudang "untung" pun keluar dari mulut orang-orang yang menonton. Untung tidak lepas, untung sedang jalan lambat, untung di dalam kota dll. Setelah tahu penyebabnya, gampang! Kencangkan lagi baut dan nanti setelah makan, pergi ke toko spare part mobil dan beli baut baru. Tidak masalah.

Tapi saat mengencangkan kedua baut tersebut, salah seorang kusir andong yang sudah tua, ikut menonton dan dengan bahasa Jawanya yang halus dia menawarkan satu buah baut yang katanya milik dia dan dia meminta uang seribu rupiah untuk menebusnya. Seribu rupiah???

Pikiranpun teringat seribu rupiah yang tidak jadi masuk kotak sumbangan masjid. Kok pak kusir tua menawarkan seribu rupiah? Kenapa tidak seribu lima ratus atau dua ribu sekalian?

"Ah, itu hanya 'kebetulan' saja" pikir mahasiswa itu. "Baiklah, coba lihat baut yang bapak punya" kata si mahasiswa (Dalam bahasa Jawa halus juga). Setelah pak kusir memperlihatkan bautnya, ternyata itu adalah baut mobil mahasiswa itu yang rupanya lepas dan menggelinding ke kolong andong pak kusir tua itu, lalu dia ambil dan mengaku sebagai pemiliknya.

"Bisa saja pak tua ini" pikir si mahasiswa dalam hatinya. Karena merasa iba, maka tanpa banyak bicara atau menawar, bautpun dibayar. Senang sekali pak tua kusir andong menerima seribu rupiah.

Baru tiga baut yang terpasang dari empat baut yang seharusnya. "Tak apalah, nanti baut yang keempat beli di toko" pikir si mahasiswa. Maka, pergilah mereka makan siang sambil si mahasiswa pemilik mobil tetap bertanya di dalam hati. "Kenapa seribu rupiah???"

Terpikir oleh si mahasiswa pada saat itu; "Apakah ini sebuah pesan atau peringatan dari Allah SWT bahwa sesuatu yang sudah niat untuk diikhlaskan, dalam hal ini uang seribu rupiah untuk sumbangan ke masjid, tidak sepantasnyalah untuk ditahan-tahan dengan alasan sayang uang/benda, atau takut rugi atau untuk keperluan yang lain". Jadi maksudnya peringatan dan menguji keikhlasan. Bila masih ditahan, itu artinya masih belum ikhlas sepenuhnya.

Apakah yang dipikirkan itu benar? Atau hanya dia saja yang terlalu berperasaan? Sengaja mobilpun dilewatkan kembali di jalan yang sama setelah kembali dari makan siang dan diapun berdoa memohon kepada Tuhan. Dalam permohonannya; "Ya Allah, bila memang kejadian itu adalah sebuah pesan dan memang ditujukan untuknya dan apabila yang terpikir itu benar adanya, maka tunjukkanlah kebenaran itu" Tahukah anda apa yang terjadi sesaat setelah doa itu selesai terucap??? Baut yang satunya langsung terlihat tergeletak di tengah jalan aspal, tak jauh dari andongnya pak tua yang tadi, dan tak ada seorangpun yang menggubris, walaupun orang ramai lalu lalang dan sudah ditinggal beberapa jam selama makan siang. Bisa dibayangkan sebuah baut roda kecil, terlihat dengan jelas dari dalam mobil tergeletak di tengah jalan utama dalam keadaan mobil berjalan pula!! Hatipun terasa bergetar, keringat mengucur keluar, air mata serasa ingin keluar, merinding, tak tahu harus bilang bagaimana.

Lengkaplah sudah baut ban mobil mahasiswa itu seperti sedia kala. Tanpa harus membeli di toko, tapi harus "membeli" seribu rupiah dari pak tua kusir andong. Dimana seribu rupiah itu memang sudah diniatkan dari awal akan dikeluarkan untuk sumbangan, tapi tidak jadi, tapi Allah Maha Tahu, dan memberi peringatan pada hambanya, seolah-olah berkata; "Keluarkan seribu rupiah itu, karena itu sudah bukan menjadi hakmu lagi!" Maka jadilah seribu rupiah di-"tarik" dengan "paksa" melalui kejadian ban yang hampir lepas. Ditambah dengan "pesan" yang diterima bahwa Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar dan Allah berada dekat, dekat, bahkan sangat dekat dengan makhluknya. Perbuatan, atau bahkan niat sekecil apapun akan diketahui oleh-NYA.

Maka, berhati-hatilah bila punya niat dalam hati (bila niat baik segera laksanakan bila punya niat buruk segera batalkan), juga berhati-hatilah bila berucap dan berhati-hatilah bila ingin bertindak. Semuanya itu tidak lepas dari pengawasan Allah SWT Pencipta Langit dan Bumi.

Maha Suci Engkau ya Allah, dan tidak ada satupun yang menyerupaiNya........

Segala sesuatu yang sifatnya berupa kebenaran datangnya dari Allah, dan kekurangan serta kesalahan datangnya dari umat (apalagi yang masih sering melakukan maksiat)......

Semoga bermanfaat........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun