Melewati jalur pertama ini, para pengunjung harus berhati-hati, sebab di sisi kanan saat berangkat, jalur ini berada di bawah tebing, dan di sisi kiri adalah jurang yang sangat dalam. Saat berpapasan dengan pengunjung lain, para pengunjung harus saling mengalah, dan menunggu dalam titik yang lokasinya lebih lebar. Sebab jalur di sepanjang saluran ini hanya muat untuk satu orang sehingga saat berpapasan salah satu harus mengalah menyaediakan jalan untuk orang lain.
Beberapa ratus meter akan dijumpai jembatan besi yang lumayan panjang. Kayu-kayu jati tua tampak sebagai alas berjalan. Para pengunjung bisa mengambil gambar di tengah jembatan, dengan tetap memperhatikan keselamatan, karena  risiko terjatuh lebih besar, terlebih jembatan ini tak ada pelindung yang berarti.
Di sisi kiri terlihat sungai dengan batu-batu besar yang menyembul. Dengan sumber air yang berasal dari Curug Lawe. Beberapa pengunjung tampak menikmati curug-curug kecil yang bertebaran di sepanjang sungai. Bahkan beberapa keluarga dengan anak balita mnikmati kesegaran air di sepanjang sungai ini.
Kami juga sempat mengabadikan beberapa gambar di sepanjang sungai ini. Menikmati basahnya kaki yang kesegarannya bisa menyebar sampai ke seluruh tubuh.
Sampai di ujung saluran air terdapat pintu bendungan, berada di bawah rimbunnya pohon-pohon hutan yang sangat besar.
 Gemericik suara air diselingi suara burung dan binatang lain terdengar merdu seperti nyanyian alam yang merefleksi batin. Saya larut dalam keindahan semesta yang dipersembahkan oleh kesejukan hutan Curug Lawe.
Ratusan pohon besar milik negara yang dikelola  Perum Perhutani KPH Kedu Utara ini nampak kokoh dan merangsang saya untuk mengabadikan gambar.