Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman sebagai Pengurus Jenazah

20 Juni 2020   00:04 Diperbarui: 19 Juni 2020   23:54 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : suryamalang.tribunnews.com

Semua orang sudah faham bahwa mengurus jenazah adalah pekerjaan sosial. Di mana tak boleh kita meminta upah.Kita sudah ikhlas lahir batin, tapi tetap saja ada yang bertanya,

"Ongkosnya berapa pak?"

Saya juga pernah menjumpai Sohibul musibah yang tak tahu berterima kasih. Mereka mengulurkan selembar uang 50.000 dan tidak berfikir darimana semua keperluan pengurusan jenazah berasal. Padahal kain kafan, peralatan pemandian jenazah, bahkan ambulans  dan  ongkos gali kubur juga saya yang menalangi.

Saya sungkan untuk berunding dengan pihak keluarga sehingga mengikhlaskan saja semua biaya yang sudah saya keluarkan.

Saat mengurusi jenazah saya sudah sepakat dan berdamai dengan keperluan hidup saya sendiri. Sehingga setiap kali ada orang meninggal di wilayah saya, saya tidak bisa berjualan yang artinya saya kehilangan pendapatan.

Tapi semua sudah saya niatkan sebagai sedekah waktu saya untuk orang lain. Karena tak semua orang bisa menangani keberadaan jenazah.

Saya juga pernah mengalami, mengantar jenazah ke luar kota. Saya sudah berkorban membelikan semua keperluan pengurusan jenazah, dan ikut mengantarkan ke pemakaman di luar kota. Karena berangkatnya pagi-pagi saya lupa membawa uang, bahkan lupa untuk sarapan.

Sampai di lokasi pemakaman tak ada satupun keluarga jenazah yang peduli. Perut mulai berontak, mengingatkan kalau pagi belum sarapan.

Saya berangkat menggunakan ambulans dan pulang dengan mobil bersama pelayat lain. Dan saat pulang pun tak ada seorangpun yang menawari makan atau mampir ke warung.

Sampai di rumah, badan saya lunglai, tenaga sudah terkuras semalaman dan seharian tidak makan.

Yang mengherankan keluarga almarhum juga tidak ada yang mengurus ke rumah bagaimana biaya penyelenggaraan jenazah. Dan akhirnya saya ikhlaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun