Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak-anak Milik Perempuan Malam di Bandungan

21 April 2020   23:14 Diperbarui: 21 April 2020   23:19 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan ini terus berputar.  Menggilas,  meremukkan apapun. Mereka yang bertahan akan berjaya.  Dan yang tak tahan akan menyerah kalah mundur dari sebuah percaturan kehidupan.

Kehidupan malam di kota Bandungan,  banyak menyisakan cerita pahit tak berkesudahan.  Perempuan-perempuan yang di stigma oleh masyarakat sebagai wanita nakal,  kehidupan dan aktifitasnya menjadi rejeki banyak orang,  memendam berbagai cerita kehidupan yang tak pernah lapuk dimakan zaman.

Ada diantara mereka yang dipersunting oleh penduduk lokal,  menjadi wanita baik-baik dan beranak-pinak,  lalu hidup sebagai masyarakat biasa.  Bahkan ada yang sukses mengelola berbagai usaha.

Ada juga yang terus bertahan menjajakan diri sampai tubuh mereka layu,  lalu pulang ke kampung halaman masing-masing.

Ada pula yang tetap bertahan dengan segala keadaan demi  kebutuhan perut  yang terus mendesak sementara mereka tak punya keahlian lain.

Di antara perempuan-perempuan panggilan ada yang terjebak dalam cinta serius dan merasuk hati hingga mereka hamil dan melahirkan.  Lelakinya hilang entah ke mana sementara ia butuh biaya untuk dirinya sendiri dan membesarkan anak mereka.

Di Bandungan, para perempuan ini menitipakan pengasuhan anak-anak ini pada warga sekitar. Mereka membawa anaknya ke kos,  atau ke kampung halaman bila sedang libur menstruasi.  

Mereka harus membagi penghasilan agar cukup untuk membiayai diri mereka sendiri.  Dari make up,  makan,  bayar kontrakan,  dan biaya pengasuhan anak.

Tak jarang,  anak-anak ini ditinggalkan oleh orang tua mereka begitu saja.  Sehingga sampai dewasa mereka tak pernah mengenal orang tuanya.  Atau mereka tetap dipelihara oleh penduduk sekitar dengan biaya secara rutin setiap bulan.  Bahkan sampai usia sekolah dan lulus menjadi sarjana.

Saat masih kecil,  dan menjalani hidup di Bandungan saya juga berteman dengan kawan-kawan semacam ini.  Anak dari para perempuan panggilan yang  diasuh oleh penduduk lokal. Mereka hidup normal dan bergaul dengan masyarakat biasa.  Dan mengikuti berbagai kegiatan agama orang yang mengasuhnya.  

Saya sebagai seorang muslim juga punya kawan yang ibunya bekerja sebagai wanita panggilan.  Anak-anak semacam ini bahkan terlihat lebih cerdas.  Terbukti saat mereka mengaji di Masjid lebih cepat faham dan lebih dulu khatam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun