Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Ora Ngilo Githoke Dhewe", Ujaran Bijak untuk Instrospeksi Diri

7 April 2020   14:35 Diperbarui: 7 April 2020   14:35 4204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam khasanah adat,  tradisi dan kebudayaan orang jawa,  ada ungkapan ngilo githoke dewe.  Diadopsi dari kata ngilo yang berarti berkaca, dan githok yaitu leher bagian belakang yang tak tampak dari depan ketika berkaca.

Hal ini merujuk pada sikap seseorang yang hanya mampu melihat kesalahan orang lain dan tak menyadari bahwa dirinya juga punya kesalahan. Kesalahan diri sendiri itu ibarat githok,  meskipun berkaca tetap tidak kelihatan karena posisinya berada di belakang.

Dalam bahasa Indonesia ada peribahasa kuman di seberang lautan tampak,  tapi gajah pelupuk mata tak tampak.  Dan ini adalah padanan peribahasa yang tepat untuk melukiskan istilah ngilo githoke dewe.

Contoh kalimatnya;
Uwong kok senengane nyalahke wong liya wae,  ora ngilo githoke dewe.

(Orang kok sukanya menyalahkan orang lain,  tidak bercermin pada tengkuknya  sendiri)

Dalam setiap kejadian atau masalah,  jarang ada orang yang mengaku salah. Kebanyakan orang malah melakukan pembenaran diri dan  menganggap orang lain yang salah. Sebab menyalahkan orang lain itu memang lebih enak daripada mengakui kesalahan Sendiri.

Bahkan seorang penjahat yang tertangkap basah masih mengelak,  berdalih,  dan menghindar dari sangkaan.  Meskipun pada akhirnya ia akan mengakui semua perbuatanya bila bukti dan saksi serta penyelidikan polisi tak bisa dihindari.

Saya pernah mengalami  kejadian mengenaskan. Menjadi urusan polisi dan dituduh menjadi penyebab sebuah kecelakaan hingga membuat orang lain terluka.  Di sebuah perempatan yang  sangat ramai,  saya berusaha mencapai seberang menggunakan motor. 

Setelah terlihat sepi saya mulai memajukan motor secara perlahan.  Tiba-tiba secara tak terduga menyelongong sebuah motor dengan kecepatan tinggi dan pengendara jatuh persis di belakang saya tanpa tersentuh sedikitpun.

Saya sigap  meminggirkan motor dan membantu orang yang jatuh.  Tapi istrinya terlihat mengomel menyalahkan saya yang menyeberang tidak hati-hati.  

Daripada masalah menjadi panjang,  saya menuruti apa kemauananya.  Ia meminta saya mengganti seluruh kerugiannya baik untuk pengobatan maupun untuk perbaikan motornya.

Bahkan ibu ini mengaku saudara dari seorang perwira di Mabes Polri.

Akhirnya masalah ini ditangani oleh kepolisian dan malah diketahui kalau pengemudi motor tak memiliki SIM dan motornya tak ada STNK nya.

Ibu ini sepakat berdamai,  karena saya mau mengganti dengan syarat kesalahan ibu ini mau mengurus SIM dan STNKnya terlebih dahulu.

Akhirnya masalah ini selesai,dan akan selalu menjadi pengingat bagi saya untuk tidak sembarangan menolong orang yang mengalami kecelakaan.

Kesalahan dipandang seprti aib,  sehingga seseorang yang merasa berbuat salah menggunakan berbagai upaya agar kesalahannya tidak terlihat atau minimal teralihkan ke orang lain.

Orang  jawa memiliki kebiasaan unik saat mencium bau kentut dalam sebuah perkumpulan.  Salah seorang akan menuding secara bergantian sambil menyanyikan lagu;

"Bang bang tut jendela uwa uwa
Sapa baru kentut ditumbak Raja tua
Tua tua kaji bengi bengi buka roti
Roti roti gandhos  sing ngentut silite  mbledhos... "

Lalu pada akhir lagu akan ada orang  yang dituduh telah mengeluarkan kentut,  sementara pelakunya sendiri menahan tawa.

Dalam kehidupan sosial kita tak pernah lepas dari kesalahan. Bahkan tak jarang sebuah kesalahan kecil menjadi embrio konflik  yang  berkepanjanganan karena tak ada yang mengakui kesalahan.

Sifat dasar manusia yang selalu ingin dinilai baik,  didorong oleh sifat takabur dan gila hormat. Sehingga manusia akan berupaya semaksimal mungkin agar terlihat baik. Kalau perlu melakukan pencitraan agar tercipta opini publik yang mengarah pada kebaikan yang dikehendaki.

Kesalahan harus ditutupi agar terlhat benar, kalau perlu melakukan rekayasa apa yang  telah dibuat benar-benar tercitra dengan baik. Meskipun itu membutuhkan semacam dukungan bagi suksesnya sebuah kesan. 

Sehingga orang yang  bekerja sebagai buzzer bisa menangguk keuntungan hanya dengan mencitrakan seseorang agar selalu terlihat baik dan tanpa cacat.

Terkadang kita harus berani jujur untuk mengungkapkan sebuah fakta.  Tanpa harus menyembunyikan kesalahan sebagai sebuah rekayasa. Sebab  berani mengakui kesalahan diri sendiri itu adalah sifat  kesatria. Berusaha tampil apa adanya tanpa harus menjadikan kesalahan orang lain untuk menutupi kesalahan kita.

"Ora ngilo githoke dhewe" memang benar adanya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun