Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Membuat Video Prank di Tengah Merebaknya Virus Corona, Pantaskah?

12 Maret 2020   08:41 Diperbarui: 12 Maret 2020   08:48 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh menarik apa yang  ditulis kompas.com mengenai pelaku pembuat video prank  yang  ditangkap polisi.  Karena memanfaatkan isu yang  sedang viral,  merebaknya virus corona,  dan menjadikannya sebuah konten video dan diunggah ke YouTube.  

Hal ini layak menjadi perhatian karena tema yang  diangkat adalah persoalan yang  sedang hangat di seluruh dunia.  Salah satu alasan polisi yang  menangkapnya adalah kekawatiran timbulnya keresahan akibat video prank ini. Tiga orang pelaku  ditangkap,  mereka bertindak sebagai perekam,  pemain,  dan editor.

Dalam prank  ini digambarkan tentang  peran seseorang yang baru datang dari China dan membawa virus corona.

Tentu saja hal ini membawa isu yang sangat krusial.  Wabah international membuat kekawatiran penduduk di seluruh dunia, dijadikan bahan guyonan. Jadi wajar kalau mereka ditangkap dan disuruh membuat pernyataan berupa video permohonan maaf dan harus diunggah ke YouTube.

Mengekplorasi diri,  berkreatifitas,  dan menciptakan ide menarik untuk sebuah konten itu hak setiap orang. Bahkan sangat dianjurkan,  apalagi kalau kreatifitasnya bermanfaat untuk orang lain.

Kelengkapan sarana komunikasi dan sarana berkreasi yang  makin lengkap dan mudah didapat,  membuat siapapun bebas menuangkan idenya untuk membuat berbagai konten.

Bahkan memanfaatkan kondisi yang  sedang viral menjadikan sebuah konten menjadi  sumber perhatian publik dan ikut viral.

Salah satu genre yang  sedang ngetren adalah video Prank di YouTube. Meskipun video prank saat ini tidak ramah pengiklan tapi masih banyak saja orang yang  membuatnya.

Tujuan video prank sebenarnya hanya sekedar candaan,  guyon,  mengerjai,  dan membuat lelucon dengan menjebak orang lain misalnya. 

Sehingga pada akhir video,  seseorang akan mendapat kejutan bahwa apa yang  dialaminya hanyalah  sebuah  prank  yang  tujuaannya hanya menghibur dan mengundang tawa.

Banyak video prank  di YouTube mengundang reaksi keras dari para penonton.  Karena dianggap membahayakan,  keterlaluan, tidak mendidik, ekstrim, melanggar hukum, ngawur, dan sebagainya.

Bahkan seperti yang pernah terjadi di sebuah daerah di Indonesia, prank melempar kawan ke sungai saat ulang tahun berujung kematian dan menjadi urusan hukum.

Dulu,  jagat maya  juga pernah heboh saat para pengguna mengupload foto selfi wisata bencana di daerah Indonesia.  Banjir bandang,  gunung  meletus, banjir lahar,  gempa bumi,  bahkan mahasiswi kedokteran yang  mengunggah foto selfi di depan  mayat  yang  digunakan untuk praktek,  digunakan sebagai latar belakang foto selfi mereka

Setiap orang  memiliki kebebasan untuk berkreasi,  membuat konten,  dan mengunggah ke media sosial mereka.

Tapi kepekaan nurani dalam rangka mewujudkan situasi yang  kondusif,  tetap diperlukan agar tetap tercipta situasi yang nyaman dalam masyarakat.

Pengetahuan secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan juga dibutuhkan agar saat membuat konten  mampu mempertimbangkan kepantasan , layak atau tidaknya sebuah konten dipublikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun