Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyemai Cinta dalam Bertetangga dengan Hadiah Sederhana

3 Februari 2020   09:43 Diperbarui: 3 Februari 2020   10:07 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetangga samping rumah yang suka membuang sampah di halaman ini terlihat kaget dan bingung. Mungkin mereka merasa sudah berbuat salah, tapi mengapa orang yang disalahi malah mengirimi hadiah?

Memang sejak itu tetangga saya ini sudah tak lagi membuang sampah sembarangan. Bahkan sering terlihat pembantunya malah sering menyapukan halaman rumah kami. Mungkin majikan yang menyuruhnya.

Terkadang melawan ketidakadilan memang bisa dilakukan dengan cara sebaliknya. Meskipun pada kenyataannya sangat pahit.

Saya masih ingat bagaimana guru kami mengisahkan kisah dakwah Rasulullah Muhammad kepada sahabat Bilal Ra.

Ia memutar alat giling gandum yang berupa batang kayu besar yang didorong, semacam alat penunjuk padi di Indonesia tapi digunakan dengan cara berputar.  Setiap kali datang, Nabi menyuruh Bilal duduk, bahkan ia sampai tertidur,  dan terbangun dalam kondisi gandum sudah menjadi bulir-bulir siap dimasak dan Nabi sudah tidak ada di tempat. Hal ini dilakukan berkali-kali sehingga Bilal bertanya, "Apa yang anda inginkan ya Rasulullah".

Nabi menjawab, " Ucapkan kalimat syahadat"

Dan sejak itu Bilal masuk Islam dan dimerdekakan setelah oleh tuannya sempat mengalami penyiksaan yang dahsyat. (Hayatus Shahabah  Maulana Yusuf Jilid I/hal.115).

Kitab Hayatus Shahabah/dokpri
Kitab Hayatus Shahabah/dokpri
Ini soal bertetangga, tentu berbeda konteksnya bila ini adalah urusan politik. Sebab dalam politik tidak ada kawan sejati. Adanya kepentingan abadi.

Selama masih penting dijadikan kawan, maka seseorang akan terus digunakan bahkan dielu-elukan. Tapi begitu masa pakainya habis, ia akan teronggok jadi semacam barang tak berguna atau bahkan dibuang seperti para tumbal politik yang kini mendekam di penjara.

Membangun kecintaan terhadap tetangga dan berbuat baik kepada mereka wajib hukumnya. Tetangga kita adalah 40 rumah di seluruh mata angin. Timur barat selatan Utara, mereka adalah tetangga kita.

Hari ini manusia modern telah bersekat dengan budaya baru. Mereka berlomba membuat pagar tinggi dengan alasan keamanan. Bahkan di perumahan ada orang yang sudah bertetangga dekat  selama puluhan tapi tidak saling mengenal, bahkan tak pernah saling menyapa.
Sehingga saat ada tetangga yang sakit atau meninggal, mereka tetap berangkat kerja seperti tidak terjadi apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun