Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Menyemai Cinta dalam Bertetangga dengan Hadiah Sederhana

3 Februari 2020   09:43 Diperbarui: 3 Februari 2020   10:07 143 4
Dulu kala saat masih berjualan keliling, dan belum begitu mengenal lingkungan, sepertinya banyak yang tak suka dengan saya.  Parkir gerobak di depan rumah, padahal tidak menutupi akses masuk tetap diusir oleh pemilik rumah.

"Agak geser ke sana pak, yang beli sana kok parkirnya di sini", kata seorang tetangga menghardik dengan suara agak kasar.

Terpaksa saya harus bergeser sedikit, padahal panci siomay sudah terbuka dan beberapa potong siomay sudah saya pindahkan dari panci ke atas piring.

Suatu hari, seorang putri kecil berteriak, "siomay!",  Saya mendekat. Tapi tiba-tiba ibunya keluar pagar dan menyeret masuk anaknya sambil berkata, "Jangan beli siomay  sembarangan nanti sakit perut".
Putri  kecil itu terdengar meronta  tapi ibunya tidak peduli dan menyeretnya masuk ke dalam rumah. Padahal saat itu anak-anak seusianya juga sedang asik menikmati dagangan saya. Dan beberapa didampingi orang tua mereka.

Saya punya tetangga dekat, tapi entah kenapa ia terlihat sangat benci dengan kami. Rumah kami yang hanya berbatas tembok seringkali menjadi arena buang sampah dari tetangga sebelah. Entah plasti kertas, kulit pisang, atau apa saja dilempar ke halaman rumah yang kami tempati. Maklum diantara deretan rumah yang ada, hanya rumah kami yang beralas tanah. Sementara yang lain sudah diplester dan berpagar besi.

Suatu hari, isitri saya suruh memasak ayam bakar beberapa ekor. Satu ekor dibagi empat.  Dan ketiga orang diatas kami kirimi ayam bakar tersebut menggunakan sebuah kardus yang diberi pita. Tak lupa  sambal pedas dan beberapa potong lalapan kami masukkan untuk melengkapi hadiah.

Hari berikutnya, saya jualan lagi berkeliling.
Saat sampai di depan rumah putri kecil itu, bukan hanya putrinya yang keluar. Melainkan seluruh anggota keluarganya sambil membawa piring kosong. Mereka pesan , 8 porsi  lengkap dengan bumbu kacang dipisah.  Dan sejak itu keluarga ini jadi pelanggan tetap yang tak pernah melewatkan untuk membeli saat saya lewat di depan rumahnya.

Orang yang mengusir saya waktu, tiba-tiba datang ke rumah. Membawa tiga dus berisi ayam utuh. Dia  bertanya, "pak Nawir sedang ada acara apa kok kirim-kirim ayam bakar segala?"

"Saya sedang syukuran Bu".

Dan setelah itu keluarga ini tidak hanya menjadi pelanggan tetap bahkan saat ada acara di kantor suaminya sering juga ia memesan siomay buatan saya untuk menjamu undangan. Bahkan saat menikahkan putrinya, siomay saya melengkapi menu yang disediakan untuk para tamu.

Tetangga samping rumah yang suka membuang sampah di halaman ini terlihat kaget dan bingung. Mungkin mereka merasa sudah berbuat salah, tapi mengapa orang yang disalahi malah mengirimi hadiah?

Memang sejak itu tetangga saya ini sudah tak lagi membuang sampah sembarangan. Bahkan sering terlihat pembantunya malah sering menyapukan halaman rumah kami. Mungkin majikan yang menyuruhnya.

Terkadang melawan ketidakadilan memang bisa dilakukan dengan cara sebaliknya. Meskipun pada kenyataannya sangat pahit.

Saya masih ingat bagaimana guru kami mengisahkan kisah dakwah Rasulullah Muhammad kepada sahabat Bilal Ra.

Ia memutar alat giling gandum yang berupa batang kayu besar yang didorong, semacam alat penunjuk padi di Indonesia tapi digunakan dengan cara berputar.  Setiap kali datang, Nabi menyuruh Bilal duduk, bahkan ia sampai tertidur,  dan terbangun dalam kondisi gandum sudah menjadi bulir-bulir siap dimasak dan Nabi sudah tidak ada di tempat. Hal ini dilakukan berkali-kali sehingga Bilal bertanya, "Apa yang anda inginkan ya Rasulullah".

Nabi menjawab, " Ucapkan kalimat syahadat"

Dan sejak itu Bilal masuk Islam dan dimerdekakan setelah oleh tuannya sempat mengalami penyiksaan yang dahsyat. (Hayatus Shahabah  Maulana Yusuf Jilid I/hal.115).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun