Bisa diibaratkan bahwa ia adalah seorang anak kecil yang frustasi dalam mengajak temannya bermain. Kondisi itupun akhirnya membuat ia berkata,"Ah nggak temen!".Â
Parahnya, ia kini dihadapkan pada teriakan pihak yang tersinggung yang membeber fakta sejarah bahwa mereka di masa lalu adalah para patriot bangsa. Plakk!.. tamparan keras melayang dan meninggalkan memar yang entah sampai kapan berbekas.
Pseudo Pancasilais
Ada golongan di negeri ini yang gemar mengatakan Pancasila sarat dengan nilai kebaikan yang utama meski enggan mengakuinya sebagai asas dalam bernegara. Okelah, biarkan itu berjalan asal apa yang menjadi dasar pergerakan mereka tak bertentangan dengan Pancasila.Â
Namun di luar itu, ada pihak yang nyata-nyata tidak ridha dengan bentuk negara dan memiliki agenda untuk mengubahnya. Dan golongan ini justru tengah mendapatkan simpati dari pihak-pihak yang kini selalu mengisi kehidupannya dengan melancarkan ketidaksetujuannya terhadap cara penguasa mengelola negara. Dan yang terendus ternyata adalah persamaan kepentingan yang ada di antara mereka yakni melancarkan perlawanan kepada penguasa.
Kondisi itu seyogyanya dibaca sebagai sebuah ancaman dalam kehidupan bernegara. Tak ada gunanya mengaku diri paling pancasilais jika dari pengakuan itu justru memperlebar jurang pemisah antara anak bangsa yang mudah diperdaya oleh kepentingan politik.
Maka dari itu, nggak ada salahnya untuk meminta maaf, dear Mbak Puan.Â
-----
Baca juga :
- Kala Rocky Gerung Masuk [Sekolah] Islam
- Good Looking nan Radikal? Mungkin Ada Benarnya
- Menyoal Hubungan Paha dan Politik