Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Aksi Bela Negeri di Tengah Upaya Rekonsiliasi

28 April 2019   07:00 Diperbarui: 28 April 2019   08:11 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu telah usai beberapa pekan lalu. Kurang dari sebulan lagi, tepatnya pada 22 Mei nanti hasilnya akan diumumkan oleh KPU sebagai penyelenggara pemilu. Dan untuk sementara ini, masih terdapat 2 pemenang yakni petahana yang dimenangkan oleh hasil quick count dan Prabowo - Sandi yang dimenangkan oleh perhitungan internal kubu 02.

Terlepas dari siapa pun yang memenangi pilpres, pemilu telah meninggalkan sebuah kondisi masyarakat yang masih terbelah oleh ceruk perbedaan orientasi politik. Dan hal itu harus segera mendapatkan penanganan agar tak memburuk atau setidaknya mempengaruhi secara negatip sendi-sendi hubungan dalam masyarakat.

Proses ini haruslah didukung oleh para elit yang sebelumnya bertarung dalam kontes perebutan pengaruh. Tanpa mereka, semua akan menjadi kurang produktip. Karena saat ini, masyarakat seolah hanya menjadi pendengar suara orang-orang yang segolongan dalam pilihan politik. Obyektivitas seolah menjadi barang mewah. Hanya menjadi milik akal sehat yang benar-benar akal sehat.

Peran Agamawan, Menyejukkan bukan Memprovokasi

Golongan lain yang menjadi tumpuan dalam proses rekonsiliasi itu adalah para agamawan. Terlebih lagi karena salah satu tema yang biasa diketengahkan dalam kampanye adalah identitas reliji paslon. Para agamawan baik melalui organisasi yang menaunginya ataupun diri mereka sendiri diharapkan dapat memberikan keteduhan di tengah masyarakat. Terutama mereka yang sebelumnya kerap menjadi penyokong salah satu pihak. Dengan demikian, para pendukung keduanya dapat lebih "merasa wajib" untuk mematuhi. 

Namun ada saja yang justru memperpanas situasi. Seperti yang dilakukan oleh Gus Nur beberapa waktu lalu dengan mubahalah dan laknatnya terhadap KPU. 

Tak berbeda jauh dengan apa yang dilakukan oleh pemilik nama asli Nur Sugik itu, Habib Rizieq pun memaklumatkan aksi yang dinamainya Aksi Bela Negeri secara konstitusional dengan cara mengepung KPU untuk menuntut keadilan dan Bawaslu untuk melaporkan bukti kecurangan. Dalam maklumat yang dikeluarkan pada 27 April 2019 itu, disebutkan pula tuntutan untuk mendiskualifikasi Jokowi karena kecurangannya dan segera ditetapkannya Prabowo sebagai pemenang pemilu.

Sebelumnya melalui sebuah akun bernama Pecinta Habib Rizieq Syihab (24/4), diunggah sebuah video pidato Ketua Umum FPI Ahmad Sobri Lubis yang mengisyaratkan akan adanya Ijtima' Ulama III untuk membahas apa yang mereka sebut sebagai kecurangan pemilu. Tentunya kecurangan yang terjadi dari kubu petahana. Namun hingga kini, belum ada informasi mengenai waktu pelaksanaan kegiatan tersebut.

Ormas Islam Mengawali Rekonsiliasi

Dua hari selepas pemilu (19/4), di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berkumpul 12 ormas Islam yakni NU sendiri, Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad AI-Islamiyyah, Mathlaul Anwar, Al-Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Ikatan DAI Indonesia (IKADI), Azzikra, AI-Washliyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Persatuan Umat Islam (PUI), Himpunan Bina Mu'alaf dan Syarikat Islam Indonesia (SII) memberikan sejumlah seruan demi kesatuan masyarakat dalam bingkai NKRI.

Poin yang menjadi hasil pertemuan itu diantaranya adalah menyeru semua komponen bangsa untuk melakukan rekonsiliasi pasca pilpres. Dan bagi pihak yang merasa dirugikan, diharapkan menindaklanjutinya melalui mekanisme yang diatur dalam konstitusi. 

K.H. Ma'ruf Amin, saat menghadiri acara tasyakuran atas terselenggaranya pemilu damai di kediaman Habib Hilal al-Aidid di Minggiran, Yogyakarta (24/4) sudah menyatakan kesediaannya untuk melakukan pertemuan dengan cawapres 02, Sandiaga Uno. Dan Sandi pun merespon baik niat Kiai Ma'ruf tersebut. Hal ini adalah sinyalemen positip yang perlu ditiru oleh elit politik kedua kubu. Baik melalui tindakan nyata maupun aktivitas mereka di media terutama media sosial.

Sementara itu, Pengurus Pusat Muhammadiyah melalui konferensi persnya (18/4) menyatakan siap untuk menjadi mediator pertemuan dua kubu. Dalam keterangannya, Haedar Nashir mengatakan tak memungkiri kondisi masyarakat yang terkotak-kotak karena masa pesta demokrasi yang lama. Dan hal itu diperparah dengan adanya saling klaim kemenangan yang dilakukan oleh ke dua kubu.

Di Jawa Timur, beberapa kiai sepuh NU berkumpul di kediaman ketua PBNU yang juga mantan wakil gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf (19/4). Hadir di pertemuan itu diantaranya Rais 'Am PBNU, K.H. Miftahul Ahyar dan beberapa pengasuh pondok pesantren tua di Jatim seperti Sidogiri, Ploso dan Lirboyo. Pertemuan itu akan ditindaklanjuti dengan pertemuan lanjutan di daerah-daerah untuk menularkan semangat melupakan perbedaan terutama di kalangan santri, alumni pesantren dan masyarakat di sekitar pesantren.

Kini saatnya bagi kita di tataran akar rumput untuk memilih langkah mana yang akan kita dukung, upaya rekonsiliasi yang sudah diinisiasi oleh sebagian elit dan elemen keagamaaankah?, atau kampanye dengan narasi kecurangan dan berupaya menggalang massa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun