Poin yang menjadi hasil pertemuan itu diantaranya adalah menyeru semua komponen bangsa untuk melakukan rekonsiliasi pasca pilpres. Dan bagi pihak yang merasa dirugikan, diharapkan menindaklanjutinya melalui mekanisme yang diatur dalam konstitusi.Â
K.H. Ma'ruf Amin, saat menghadiri acara tasyakuran atas terselenggaranya pemilu damai di kediaman Habib Hilal al-Aidid di Minggiran, Yogyakarta (24/4) sudah menyatakan kesediaannya untuk melakukan pertemuan dengan cawapres 02, Sandiaga Uno. Dan Sandi pun merespon baik niat Kiai Ma'ruf tersebut. Hal ini adalah sinyalemen positip yang perlu ditiru oleh elit politik kedua kubu. Baik melalui tindakan nyata maupun aktivitas mereka di media terutama media sosial.
Sementara itu, Pengurus Pusat Muhammadiyah melalui konferensi persnya (18/4) menyatakan siap untuk menjadi mediator pertemuan dua kubu. Dalam keterangannya, Haedar Nashir mengatakan tak memungkiri kondisi masyarakat yang terkotak-kotak karena masa pesta demokrasi yang lama. Dan hal itu diperparah dengan adanya saling klaim kemenangan yang dilakukan oleh ke dua kubu.
Di Jawa Timur, beberapa kiai sepuh NU berkumpul di kediaman ketua PBNU yang juga mantan wakil gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf (19/4). Hadir di pertemuan itu diantaranya Rais 'Am PBNU, K.H. Miftahul Ahyar dan beberapa pengasuh pondok pesantren tua di Jatim seperti Sidogiri, Ploso dan Lirboyo. Pertemuan itu akan ditindaklanjuti dengan pertemuan lanjutan di daerah-daerah untuk menularkan semangat melupakan perbedaan terutama di kalangan santri, alumni pesantren dan masyarakat di sekitar pesantren.
Kini saatnya bagi kita di tataran akar rumput untuk memilih langkah mana yang akan kita dukung, upaya rekonsiliasi yang sudah diinisiasi oleh sebagian elit dan elemen keagamaaankah?, atau kampanye dengan narasi kecurangan dan berupaya menggalang massa.