Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Akhirnya Kuputuskan Menjatuhkan "Talak Tiga" Untuknya

19 November 2020   13:40 Diperbarui: 21 November 2020   18:30 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Rokok terselip dibibir, seolah sudah menjadi ikon dalam setiap penampilanku (Doc. FMT)

Meski sudah kembali sekolah lagi, tapi candu nikotin itu nggak bisa serta merta 'kubunuh', meski dengan posti terbatas dan harus main 'petak umpet' dengan guru, namun aktifitas menjadi 'ahli isap' terus berlanjut. 

Kecanduanku seperti 'mendapat angin' ketika akhirnya aku mendapatkan orang tua angkat di perantauan ini. Kebetulan bel;iau tau kalau aku memang sudah 'terjerat' oleh nikotin ini, karena beliau juga seorang perokok berat, dan akhirnya aku dapat jatah rokoh juga dari beliau, sebagai imbalan karena aku sambil sekolah juga menjaga sawah dan kebun milik beliau.

Tamat SMA tahun 1986, kembali aku harus menerima kenyataan tidak bisa 'meraih mimpi' untuk bisa duduk di bangku kuliah, padahal aku sudah dinyatakan lulus di perguruan tinggi melalui penelusuran minat dan bakat.

Tanpa banyak pertimbangan, aku memutuskan untuk kembali membatu orang tua di kebun, namun karena kebun baru dibuka, hasilnyapun belum seberapa, sementara gaji bapak sebagai pegawai negeri masih tertahan di Jawa akibat proses pemindahannya belum tuntas.

Kembali bekerja di kebun, 'antusia' untuk merokok kembali menggebu, karena hanya itu satu-satunya 'hiburan' pelepas lelah bagiku.

Aku mulai bisa merasakan nikmatnya isapat asap bernikotin itu, dan mulai tidak menghitung porsi lagi, dua tiga bungkus pun lewat.

Apalagi disamping bekerja di kebun, terkadang aku juga ikut bekerja menjadi pebang kayu di hutan yang hasilnya waktu itu tergolong lumayan, jadi 'budget' untuk rokok bisa tertutupi.

Gambar 2, Rokok adalah keseharianku dimanapun dan apapaun aktifitasku (Doc. FMT)
Gambar 2, Rokok adalah keseharianku dimanapun dan apapaun aktifitasku (Doc. FMT)
Sekitar setahun aku hidup di kebun dan hutan, sampai akhirnya orang tua angkatku memintaku untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi swasta di daerah ini.

Meski aku hanya menjalani kuliah 'sekedarnya' namun IPku tidak pernah kurang dari 3. Padahal kalo dosen masuk, aku biasa mengikuti kuliah sambil mengisap rokok, kebetulan ruang kuliah memang tidak be AC, karena daerah kami memang berhawa sejuk dan dingin, jadi nggak perlu AC dan sebagian besar dosen tidak melarang mahasiswanya merokok di kelas.

Semua mata kuliah bisa 'kulahap' kurang dari 6 semester, sampai akhirnya aku dinyatakan lulus sebagai CPNS pada tahun 1989 dan awal tahun 1990, aku mulai bekerja setelah menrima SK pengangkatanku sebagai pegawai negeri. Kuliah yang hanya tinggal menyusun skripsipun aku tinggalkan, karena aku lebih fokus untuk bekerja dan aku nggak punya ambisi sedikitpun untuk menduduki jabatan apapun.

Punya gaji sendiri meski cuma sedikit dengan status lajang, kecanduanku pada rokok meski menjadi. Dan itu terus berlanjut ketika aku mulai berumah tangga setahun setelah diangkat sebagai PNS. Ya, meski harus berbagi dengan uang belanja untuk keluarga baruku, tapi aktifitas isap mengisap tetap jalan terus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun