Cara mengoperasikan alat ini pun cukup mudah, cukup meletakkan tray bibit diatas mesin kemudian menjalankannya, maka bibit-bibit padi itupun akan tertanam berbanjar lurus dengan sendirinya.
Kehadiran isteri Plt Guernur Aceh ini bukan semata-mata karena keingin tahuannya bagaimana mengoperasikan alat tanam modern ini, tapi sekaligus memberikan semangat dan motivasi kepada para petani agar lebih bersemangat dalam mensukseskan program IP 300 ini.Â
Apalagi para petani peserta cluster IP 300 ini juga sudah diikut sertakan dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang menjamin petani tidak akan menderita kerugian meskipun hasil panen mereka gagal.
Gambar 2, Dyah terlihat bersemangat meski tangan, kaki dan bajunya belepotan lumpur (Doc. FMT)
Meski harus belepotan lumpur di tengah terik matahari, perempuan cantik ini terlihat tetap bersemangat, wajahnya tetap memancarkan keceriaan,
"Hari ini saya mendapatkan pengalaman baru yang sangat menyenangkan, teknologi pertanian membuat bertani menjadi mudah dan menyenangkan, kalo bapak (Plt Gubernur, pen) saja tidak segan turun ke sawah, ibunya pun nggak boleh ketinggalan berlumpur-lumpur, isteri kan hrus dukung suami" canda Dyah sambil tersenyum,
Gambar 3, Tanpa canggung, Dyah dibantu Sekretaris Distanbun Aceh ikut 'tandur' padi di lokasi cluster IP 300 (Doc. FMT)
Usai mencoba rice transplanter, Dyah juga melakukan penanaman Refugia di pematang sawah di lokasi cluster. Penenaman berbagai jenis bunga di lokasi persawahan merupakan salah satu cara alami untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman padi.Â
Refugia diyakini akan membuat beberapa jenis hama dan penyakit tanaman akan 'menjauh' dari lahan persawahan. Selain itu, kahadiran refugia akan membuat lahan sawah menjadi indah dan cantik, sehingga menarik untuk dukunjungi.
