Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika Istri Gubernur Bermain Lumpur

6 Mei 2019   09:40 Diperbarui: 7 Mei 2019   12:41 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1, Didampingi Kepala BPTP Acedh dan Sekretaris Distanbun Aceh, Dyah Erti Idawati, isteri Plt Gubernur Aceh  turun mengoperasikan rice transplanter (Doc. FMT)

Semangat pemerintah provinsi Aceh untuk meningkatkan produktivitas padi terus menggeliat, keinginan untuk menjadi salah satu lumbung pangan nasional mulai menggebu. Ini dibuktikan dengan peluncuran program cluster IP 300 beberapa waktu yang lalu, dimana indeks pertanaman digenjot dari 1,6 menjadi 3,0. 

Dengan program peningkatan IP ini, diharapkan produksi padi di Aceh akan meningkat 2 kali lipat dari sebelumnya, begitu juga dengan program intesifikasi pajele diharapkan mampu mendongkrak produktivitas dari rata-rata 6 ton per hektar menjadi 9 -- 10 ton per hektar.

Program IP 300 yang dilanunching pada tanggal 23 April 2019 yang lalu oleh Plt. Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT ini, ternyata tidak hanya mendapat dukungan stake holders terkait seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, Balai Penerapan Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dan  Kodam Iskandar Muda saja. 

Pilot project seluas 500 hektare di kawasan kecamatan Indrapuri, Aceh Besar ini juga mendapata dukungan dari Tim Penggerak PKK Aceh yang juga merupakan mitra pemerintah provinsi Aceh dalam membangun daerah.

Seperti yang terlihat pada hari Kamis (3/5/2019) yang lalu, Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dr. Dyah Erti Idawati, MT ini tidak mau ketinggalan mendukung program ini. Tidak tanggung-tanggung, isteri Plt Gubernur Aceh ini langsung terjun 'bermain lumpur' di petak-petak sawah lokasi cluster IP 300. 

Didampingi Kepala BPTP Aceh, Ir. Massagus Ferizal, M Si dan Sekretaris Distanbun Aceh, Cut Huzaimah, MP serta dibantu operator dari UPT Mekanisasi Pertanian (Mektan), Dyah mencoba sendiri mengoperasikan Rice Transplanter, alat penanam padi otomatis iu.

Tanpa mempedulikan pakaian yang dikenakannya belepotan lumpur, Dyah terlihat sangat menikmati 'permainan' itu. Akhirnya dia tau, dengan memanfaatkan teknologi mekanisasi pertanian, ternyata menanam padi menjadi sangat mudah, cepat dan mengasyikkan.

"Dulu, saya taunya menanam padi itu hanya bisa dilakukan secara manual, butuh tenaga banyak dan melelahkan, tapi dengan alat ini ternyata menanam padi menjadi mudah dan menyenangkan" ungkap Dyah. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan alat dan mesin pertanian berteknologi modern seperti ini, Dyah yakin, program percepatan swa sembada pangan di Aceh, akan lebih cepat terealisasi.

Dengan pola konvesional, menananam padi seluas satu hektar butuh waktu beberapa hari dengan melibatkan puluhan tenaga kerja, tapi dengan rice transplanter ini, cuma butuh waktu sekitar 4 jam saja. Ini yang membuat Dosen Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ini terkagum-kagum dengan kecanggihan alat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun