Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Labu "Butternut Squash", Unik Bentuknya, Menarik Prospek Ekonominya

24 Oktober 2017   11:56 Diperbarui: 24 Oktober 2017   12:23 5752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Labu Madu 'Butternut Squash' hasil budidaya petani Aceh, dipajang di Farmer Agro Market, Saree (Doc. FMT)

Bagi sebagian kalangan Labu Madu (Cucurbita moschata) mungkin masih merupakan komoditi yang 'asing' di telinga mereka, karena komoditi pangan yang satu ini memang belum lama diperkenalkan di negeri ini. Jenis labu berbentuk 'unik' yang di luar negeri dikenal dengan nama Pumpkin Butternut atau Butternut Squash adalah jenis labu yang kini mulai menjadi tren pangan sehat alami di berbagai negara.

Berbeda dengan jenis labu lainnya, labu madu memiliki rasa daging buah yang sangat manis sehingga disebut sebagai labu madu, namun meski meiliki rasa yang sangat manis, labu ini memiliki kandungan gula dan kalori yang relatife rendah, sehingga bisa menjadi pangan alternatif yang aman dikonsumsi oleh siapa saja. Kandungan gizinya yang cukup tinggi, membuat jenis labu yang berbentuk unik ini, semakin banyak dicari sebagai bahan pangan alternative yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Labu ini memiliki warna daging kuning mentega sehingga disebut butternut, mengandung  serat yang tinggi, antioksidan, beta karoten, vitamin A dan B Complek  serta zat besi yang cukup tinggi.

Kandungan gizi yang cukup lengkapa pada labu madu, membuat jenis labu ini semakin populer menjadi bahan menu utama di hotel-hotel dan restoran mewah dan menjadi menu ekslusif bagi kalangan 'berduit'. Kecenderungan masyarakat untuk mencari bahan pangan alternative yang aman bagi kesehatan, membuat labu yang sebenarnya hanya bahan pangan 'ndeso' ini, kini mesuk dalam jajaran bahan pangan 'elit'. Fenomena ini membuat harga labu madu ini terus 'melejit'. Di mall atau super market, harga butternut squash ini mencapai Rp 50.000,- per kilogram nya, sementara di pasar buah tradisional, harganya di'banderol' pada kisaran 30 -- 40 ribu per kilogramnya. Dari aspek ekonomis, tentu budidaya labu madu ini prospek yang sangat menjanjikan.

Dari aspek kesehatan, labu madu juga terbukti sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Manfaat dari buah labu madu ini diantaranya :

  • Bisa mengontrol gula darah dan mengurangi resiko terkena penyakit diabetes karena rendah kalori.
  • Bisa mengobati anemia karena kandungan zat besinya yang cukup tinggi dan mampu meningkatkan jumlah sel darah merah dalam tubuh
  • Dapat memperbaiki pencernaan karena kandungan seratnya yang tinggi dan  cocok untuk program diet.

Membudidayakan labu madu juga tidak terlalu sulit, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada semua jenis tanah, asalkan kandungan humus dan unsur haranya memadai. Untuk itulah, dalam budidaya labu madu, jenis pupuk yang paling dibutuhkan adalah pupuk kandang, kompos atau pupuk organik lainnya. Ini justru lebih menguntungkan, karena harga pupuk kandang dan pupuk organik  jauh lebih murah dibandingkan pupuk kimia.

Langkah pertama untuk budidaya labu madu adalah dengan menggemburkan tanah . kemudian menambahkan pupuk kandang, kompos atau bokashi, untuk satu hektar lahan, dibutuhkan sekitar 10 -- 15  ton pupuk kandang ditambah dengan stimulant berupa pupuk NPK sekitar 200 kg.. Setelah itu dibuat guludan atau bedengan den gan lebar 1 meter dan tinggi 20 cm, jarak antar bedengan adalah 4 meter. Untuk memudahkan pengendalian gulma, bedengan bisa ditutup dengan mulsa plastic hitam perak (PHP), kemudian dibuat para-para dari kayu atau bamboo sebagai tempat merambatnya tanaman.

Kemudian bibit yang sudah dikecambahkan 2-3 hari sebelumnya, dapat langsung ditanam dengan jarak 1 x 0,5 meter. Dengan jarak tanam tersebut, dalam satu hektar bisa ditanam sekitar 5.000 pohon. Cara perawatan dan pemeliharaan tanamannya juga tidak begitu sulit, yaitu dengan melakukan pemupukan dengan cara cor menggunakan pupuk organic cair, dan penyiraman tanaman sesuai kebutuhan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman juga relative mudah, hama yang sering menyerang tanaman ini adalah lalat buah, hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan perangkap hama dan membungkus buah muda dengan plastic. Sementara penyakit layu fusarium yang juga sering menyerang tanaman pada fase vegetative, dapat dikendalikan dengan penggunaan bio fungisida.

Tanaman labu madu mulai menghasilkan pada umur 85 -- 90 hari setelah tanam, buah yang sudah bisa dipanen adalah buah yang sudah tua, ditandai dengan perubahan warna tangkai buah dari hijau menjadi kecoklatan dan kulit buah dari kuning pucat menjadi coklat muda mengkilat. Dengan perawatan yang baik, sebatang tanaman labu madu bisa menghasilkan minimal 10 kilogram labu, artinya dalam satu hektar mampu menghasilkan 50 ton labu madu .

Pengolahan labu madu menjadi produk pangan olahan juga sangat mudah dilakukan, jenis labu ini dapat diolah dan disajikan dalam bentuk pangan olahan yang beragam, mulai dari kue, roti, bolu atau tart, donat, dan sebagainya. Selain dapat diolah menjadi penganan kudapan yang lezat, labu madu juga dapat diolah menjadi masakan seperti sup, sayur lodeh, spaghetti, sayur tumis, dan lain-lainnya. Pokoknya labu madu bisa jadi inspirasi untuk menghasilkan beragam pangan olahan yang lezat, bergizi dan 'bergengsi'.

Mulai dikembangkan di Aceh

Butternut squash alias labu madu, mulai dikenal konsumen di Indonesia mulai tahun 2013 yang lalu, beberapa mall dan supermarket di kota-kota besar mulai memperkenalkan labu madu ini. Namun harganya waktu itu sangat mahal, sekitar 150 ribu rupiah per kilogramnya, karena masih merupakan produk impor dari Australia. Melihat harganya yang 'selangit' itu, kemudian para petani di pulau Jawa mulai membudidayakan komoditi ini, dan tidak lama kemudian pasar impor labu madu mulai di'geser' oleh petani lokal yang mampu memproduksi labu madu dengan harga yang  lebih murah, namun bagi sebagian kalangan masih tergolong mahal. Beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah seperti Banyuwangi dan Purbalingga, sudah mulai mengembangkan komoditi ini secara besar-beasaran. Belakangan beberapa daerah di Sumatera Utara juga sudah mulai mengembangkan komoditi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun