Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Gilaaa" tapi Nggak Stres

15 Agustus 2017   09:08 Diperbarui: 15 Agustus 2017   09:28 7967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Warung Nasi Goreng 'Gilaaa', bukan tempat mangkal orang stress (Doc. FMT)

Begitu nasi goreng tersaji di meja, kami sudah nggak sabar lagi untuk menunggu lama, segera saja kami mulai menyuapkan nasi goreng yang masih agak panas itu. Nggak salah lagi, rasanya memang cukup 'gila', pedas gurih, bercampur menjadi satu, sehingga tak butuh waktu lama untuk menghabiskan porsi nasi goreng yang lumayan 'jumbo' itu. 

Terobati sudah rasa lapar kami dengan sepiring nasi goreng yang menurutku lumayan istimewa itu, segelas besar es jeruk akhirnya 'menyempurnakan' santapan  Minggu sore itu. Harga yang dipatok juga lumayan 'bersahabat' dengan isi kantong, untuk seporsi nasi goreng komplit di'banderol' Rp 22.000,- dan segelas es jeruk bertarif Rp 8.000,-. Ada juga menu yang lebih murah, yaitu nasi goreng yang nggak 'gila', tanpa udang, cumi dan ayam, cuma 'berteman' telur dadar, cukup membayar sepuluh ribu rupiah untuk 'menebus'nya.

Gambar 3, Nasi goreng yang rasanya benar-benar 'gila' (Doc. FMT)
Gambar 3, Nasi goreng yang rasanya benar-benar 'gila' (Doc. FMT)
Meski perut sudah terisi secara proporsional, tapi tetap saja aku penasaran, kenapa sih sang pemilik warung memberi nama produk unggulannya dengan nama yang rada-rada 'ekstrim' seperti itu. Tapi ketika kutanya pada pelayan, mereka cuma tertawa tanpa menjelaskan apa-apa.

"Tanya saja sama bos, pak" jawab mereka sambil menahan tawa.

Kepenasaranku akhirnya terjawab juga setelah aku ketemu dengan pemilik warung, seorang laki-laki berperawakan sedang, anak buahnya memanggil laki-laki itu dengan panggilan Kang Dedi, konon dia seorang perantau asal Bandung. Dia pun mulai bercerita awal membuka usahanya itu sekitar dua tahun lalu. Tak begitu jauh dari tempatnya membuka usaha, ada sebuah sungai kecil yang ioleh masyarakat setempat disebut 'Wih Gile' atau Sungai Gila. Disebut begitu, karena sungai kecil itu sewaktu-waktu bisa membuat warga disekitarnya kalang kabut, karena tiba-tiba menjadi 'gila', yaitu meluberkan airnya kemana-mana. 

Kejadian terakhir terjadi sekitar dua setengah atau tiga tahun yang lalu, pada saat curah hujan cukup tinggi turun di hulu sungai yang berada di lereng gunung Burni Telong, air sungai itu mendadak menjadi 'gila" dan tidak terkendali, beberapa rumah warga rata dengan tanah di"hempang" luapan sungai gila itu. Bukan berdampak pada rumah warga yang berada di sekitar sungai, tapai juga 'mengamuk' sampai sekitar 1 kilometer dari sungai itu. Ruko yang berda sekitar 600 meter dari sungai, yang kini jadi tempat usaha Kang Dedi juga tidak luput dari amukan sungai gila itu, meski tak sempat roboh, tapi beberapa kubik batu dan kayu yang terbawa air, sempat 'mampir' tanpa permisi di rumah toko yang juga menjadi temat tinggalnya itu.

Tapi bagi Kang Dedi, bencana alam itu rupanya melah menjadi inspirasi baginya untuk membuka usaha kuliner nasi dan mi gorenng di tempat itu. Diilhami nama sungai gila yang nyaris merobohkan tempat tinggalnya, dia kemudian punya ide 'nyeleneh', membuka warung yang kemudian dia beri nama ,'Nasgor Gilaaa', mengambil nama sungai yang suka kumat 'gila'nya itu. Aku cuma melongo mendengar cerita Kang Dedi, karena awalanya aku mengira kalau nama yang nggak lumrah itu lahir dari ke'gila'an sang pemilik warung, atau setidaknya pemilik warung itu punya sifat atau kelakuan 'nyentrik'. 

Beberapa orang yang pernah mampir di warung ini, juga awalnya ragu, takut kalo pemilik atau pelayannya adalah orang-orang stress, atau barang kali warung itu jadi tempat mangkalnya orang-orang 'setengah tiang', aku juga merasa begitu sebelum mendengar cerita Kang Dedi. Bahkan aku sempat berpraduga, kalao pemilik dan pelayan warung ini adaah mantan pasian rumah sakit jiwa, tapi dugaan saya meleset seratus delapan puluh derajat.

Dan ternyata nama ekstrim itu malah jadi berkah bagi Kang Dedi, warung nasi gorengnya selalu ramai dikunjungi orang, apalagi lokasinya berdekatan dengan kolam pemandian air panas yang pada akhir pekan selalu dipadati pengunjung. Untuk menggapai sukses, terkadang memang butuh ide-ide yang rada-rada 'gila', dan Kang Dedi sudah membuktikannya. Dan kesan saya setelah mencoba nasi gorreng di warung itu, jangan takut mampir kesini, karena anda tidak akan jadi stress gara-gara mampir di warung ini, disini juga nggak ada orang stress, yang ada cuma nasi goreng yang rasanya memang 'gilaaa' banget, hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun