Mohon tunggu...
Masdim
Masdim Mohon Tunggu... -

Imigran dari Surga yang mengejawantahkan isi kepala melalui tulisan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Education Is Not For Sale : "Pendidikan Adalah Hak, Bukan Barang Dagang"

21 Juli 2025   18:40 Diperbarui: 21 Juli 2025   18:40 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : propelsteps.wordprress.com)

Coba bayangkan sebuah negeri dimana sekolah hanya bisa dimasuki oleh mereka yang memiliki uang, sementara ada segelintir ratapan penuh harapan dan kesedihan  yang hanya bisa melihat kawan sebayanya lewat pagar besi luar sekolah namun tidak tahu kepada siapa harus meminta. Di negeri semacam itu masa depan tidak lagi ditentukan oleh semangat belajar, tapi oleh kemampuan membayar. Inilah realitas yang kita hadapi pada hari ini ketika pendidikan tidak lagi menjadi menjadi alat pembebasan dari belenggu kebodohan, tapi menjadi komoditas mewah yang tidak dapat dirasakan oleh semua orang.

Diantara gedung sekolah yang menjulang tinggi, transformasi digital, revolusi industri 4.0, masih ada segelintir orang belum memiliki listrik yang cukup untuk menyalakan lampu belajar. Pendidikan yang sesungguhnya bukan tentang gedung megah maupun AC di kelas, tapi ia adalah hak bagi seluruh orang untuk dapat belajar, bernalar, bertanya, dan bermimpi. Pada akhirnya pendidikan seharusnya tidak memandang latar belakang. Seorang anak pedagang sayur, buruh bangunan, bahkan pemulung memiliki hak untuk duduk di bangku yang sama dengan anak pejabat. Namun dalam realitas kontemporer, pendidikan seringkali diposisikan sebagai barang dagang - komoditas yang hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki kemampuan finansial. Seperti halnya udara, pendidikan seharusnya bisa dinikmati oleh semua.

(Sumber : greeneration.org)
(Sumber : greeneration.org)

Pendidikan yang dapat diakses oleh semua orang bukan hanya sekedar jargon, bukan juga sekedar poster yang dibawa dalam setiap aksi demonstrasi di depan Senayan. Ia adalah harapan dan jawaban awal atas segala macam problematika sosial yang terjadi. Namun realitasnya, pendidikan yang dapat diakses oleh semua orang masih menjadi bunga tidur pada hari ini. Jika pendidikan hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu, maka pendidikan tidak sehat. Ia seperti halnya jamu pahit yang hanya bisa menyembuhkan kelompok tertentu, sementara segelintir lainnya harus menelan penyakit secara turun-menurun yang bernama "kebodohan sistemik". Berdasarkan data Susenas  2022 yang diolah Bapenas, terdapat lebih dari 4 juta anak yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan. Ironinya, sebagian besar penyebabnya karena mahalnya biaya pendidikan pada hari ini.

Seharusnya pendidikan menjadi hak dasar, bukan menjadi barang mewah. Sedikit meminjam kalimat dari Paulo Freire, "Pendidikan sejati adalah tindakan pembebasan". Ia adalah jalan bagi mayoritas orang untuk memutus rantai kemiskinan struktural. Ketika pendidikan dikomersialisasikan, maka nilai akan pemberdayaan dan pembebasan akan tergerus oleh logika pasar. Di masa depan jika pendidikan masih dikomersialisasikan, bukan suatu hal yang mustahil jika guru hanya menjadi pegawai, murid menjadi pelanggan, dan nilai akademik hanyalah "produk" yang bisa dinegosiasikan harganya. Bahkan pada hari ini, banyak lembaga pendidikan yang hanya fokus pada citra, peringkat, pemasukan, hingga melupakan tujuan utama dari pendidikan yaitu, "mencerdaskan kehidupan bangsa".

(Sumber : medcom.id)
(Sumber : medcom.id)

Kenaikan biaya pendidikan yang terlalu tinggi pada hari ini, tidak dibarengi dengan kenaikan upah yang layak. Akibatnya, hari ini pendidikan tidak lebih dari sekedar roti di toko, "Siapa yang memiliki uang dapat merasakan roti lezat di toko roti terbaik, sedangkan yang tidak memiliki uang hanya bisa merasakan roti dari toko kelontong". Ketika pendidikan hanya menjadi komoditas, maka yang dilihat hanyalah untung dan rugi. Jika hal itu terjadi, pendidikan tidak lagi berpihak kepada rakyat dan hanya akan menimbulkan kemiskinan struktural yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.  

Pendidikan harus dibebaskan dari jeruji komersialisasi dan dikembalikan ke pangkuan rakyat. Jika pendidikan bisa dibeli, maka yang miskin akan tetap tertindas. Namun jika pendidikan adalah hak, maka siapapun dapat bangkit dan membuktikan bahwasannya nasib bukanlah takdir tapi dapat diubah dengan ilmu pengetahuan. Sebab jika pendidikan hanya dijadikan transaksi komersial, esensi dan nilai penting dari pendidikan akan hilang. Pendidikan itu lahir dari rakyat, bukan hadiah dari penguasa. Hak atas pendidikan adalah milik kita semua, dan ia bukan sekedar barang dagang yang bisa dipromosikan melalui baliho di pinggir jalan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun