Mohon tunggu...
Dicki Andrea
Dicki Andrea Mohon Tunggu... Freelancer - A Full Stack Developer | Learner

Nothing to lose for to be gratefull

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sedikit Makna pada Proses Pembelajaran

3 Oktober 2018   11:37 Diperbarui: 3 Oktober 2018   14:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belajar bagi sebagian orang adalah hal yang membosankan. Bagi sebagian orang, belajar hanyalah aktivitas pengantar tidur. Saya masih ingat tak lama dari ini, disela percakapan yang menarik mengenai perubahan sosial masyarakat yang cenderung semakin kritis dan gemas, teman saya berkata, 'Ah gue mah boro-boro belajar, yang ada tidur kalo mau belajar tuh'. Inilah sedikit ekspresi yang keluar dari kebanyakan orang saya yakin. Inilah fakta yang menjadi penyakit kaum muda saat ini. Menurut Puan Maharani, "Minat baca ini yang harus ditingkatkan dan diperjuangkan agar mereka tertarik membaca," ujarnya dalam pembukaan rakornas perpustakaan 2018 di Perpustakaan Nasional Jakarta, Senin (26/3). Pendapat ini menguatkan pendapat saya bahwa saat ini banyak orang-orang yang bosan melakukan aktivitas belajar, menganggap belajar adalah hal yang kaku dan tidak menyenangkan.

Bagi saya, untuk menanggapi fenomena ini tidak hanya dapat dijawab melalui penjelasan semata mengenai apa sih itu belajar? apa saja aktivitasnya? dan bagaimana tipsnya agar kita tertarik untuk terus belajar?. Bagi saya penyelesaiannya adalah dengan cara memperhatikan apa yang terjadi disekeliling kita. Kita perhatikan bagaimana manusia beraktivitas, bagaimana hewan-hewan berprilaku dan sebagai nya. Ini menarik bagi saya, sebab dengan memperhatikan sekeliling kita kita bisa memahami bahwa apa yang terjadi dan apa yang diperbuat oleh seseorang semua itu adalah hasil dari belajar. Benar kan?. Saya masih ingat ketika saya duduk dibangku SMA, saya dibelikan handphone android oleh orang tua. Awalnya saya bingung bagaimana cara menggunakannya, saya tidak tahu karena saat ini saya masih pecinta Nok*a. Saya anggap, symbianlah yang terbaik saat itu. Namun karena saya harus menggunakan handphone android akhirnya saya pun belajar sedikit demi sedikit. Saya membaca buku panduannya, mengulik-ulik pengaturannya dan berusaha bertanya pada mbah google. Dan akhirnya saya pun bisa beraktivitas menggunakan handphone android, bahkan saat ini bisa dibilang saya memiliki ketergantungan pada android (secara aktivitas sehari-hari banyak menggunakan handphone, kayak pesan grab/gojek, transfer uang, komunikasi, pembayaran dll). 

Dari cerita tersebut, saya menganggap bahwa belajar bukanlah aktivitas kita membaca buku atau duduk dibangku sekolah mendengarkan dosen/guru berbicara, bukan. Melainkan belajar adalah aktivitas apa saja yang membuat kita dapat berbuat sesuatu dengan baik dan benar. Tentu itu bisa dilakukan dengan banyak cara, seperti bersilaturahmi dengan orang lain dan mengobrol seputar pengalaman hidup, menonton video non entertaiment dsb. Sehingga bagi saya, setiap aktivitas kita adalah belajar. Semisal, pulang dari kantor naik krl. Bagi saya, saya sedang belajar ketika itu belajar bagaimana menghargai orang lain, belajar bagaimana bersopan santun dan terlebih belajar bagaimana cara mengontrol emosi diri. Saya ingat, senin lalu ketika saya pulang dari kantor di krl. Saya bertemu dengan 2 bapak-bapak yang umurnya sekitar 27-20 tahun. Mereka mengobrol (dalam bahasa sunda), "eh wa, cek maneh kira-kira sakereta ieu aya moal 100 jelma?" tanya salah satu bapak itu. Jawab bapak satu lagi, "lewih wa, boh nu diuk bae ge sekitar 60 orang sakereta dikiri jeng kanan, can nu nangtungna. Bisa ditempo weh meni pajejel jejel kieu pan dikereta. Soalna mun nu nangtung teh ngan sadia ieu weh nyeh (pegangan kereta untuk penumpang yang berdiri) ges beres". Timbal bapak satu lagi, "oh, heeh nya bener. Cekelan ieu emang loba manfaat nya. Mun urang cokot ripuh meren nya dikereta. Maneh hayang teu nyongkel ieu? alus maneh jeng diimah.", tanya bapak lagi. Dijawab, "eh ieu teh barang halal, tapi mun ku urang dibawa ka imah mah jadi barang haram. Mbung aing mah, jeng naon kos kieu doang nyieun ripuh ngke pas maot". 

Saya mendengarkan percakapan diatas, karena saya memang berdiri disebelah kedua bapak itu. Saya haru mendengarnya, saya senang. Ditengah kondisi fisik yang lelah, saya dapat pelajaran yang berharga sekali. Saya dapat mengambil pelajaran mulai dari tidak bolehnya kita menilai searah seseorang sebab bisa jadi kita kurang melihat orang tersebut secara keseluruhan baik atau buruknya, belajar bagaimana cara bercengkrama yang baik saling menasehati saling memberi pelajaran dll. Sungguh, belajar itu bukan hal yang kaku. Bukan hal yang membosankan dan aktivitasnya bukan lah aktivitas yang hanya menjadi pengantar tidur melainkan aktivitas dimana kita bisa mengambil pelajaran didalamnya entah apapun itu aktivitasnya.

Sehingga, yuk kita ubah mindset kita. Ubah mindset kita bahwa belajar itu kaitannya tentang apakah kita bisa bertahan atau tidak. Kita jadikan aktivitas belajar sebagai sebuah kebutuhan pokok kita. Marilah kita belajar tentang apa yang sering kita lakukan dan memang kita butuhkan terlebih dahulu. Setelahnya kita belajar hal lain yang menunjang masa depankita selanjutnya..

Salam gemas, gerakan anti mainstream.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun