Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Politik

Serangan Ora Umum

18 Maret 2016   11:33 Diperbarui: 18 Maret 2016   12:20 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serangan tidak umum itu dah lama terjadi di Jogja hanya saja terkesan ada pembiaran. Sayang sekali apabila pembiaran ini hanya bermuara pada soal "apus~apusan". Dua jenis serangan tidak umum yaitu soal bangkitnya intoleransi sipil dan brutalnya pembangunan hotel, mal, apartemen yang lambat laun pasti membunuh Jogja. Pembunuhan yang dibenarkan oleh rezim kekuasaan yang absah.

[caption caption="Serangan IRA umum sumber:ULC"][/caption]Dalam kesempatan ini dibincangkan dua jenis masalah sebagaimana disampaikan di atas yaitu intoleransi dan hotelisasi yang bermuara pada apus apus an yang ramai di jagad kecil atau Besar Negeri ngayogyokarto hadiningratan sepekan terakhir ini. Kedua soal itu begini dipaparkan.

 

Serangan intoleransi

Ini tulisan hanyalah bagian kecil dari seorang warga Jogja yang ber-KTP Jogja. Mengapa Saya sebut KTP di sini karena saya melihat ada kebangkitan intoleransi luar biasa di DI Yogyakarta menyangkut persoalan citizenship. Semakin eklusif, tak mau atau kurang menghargai perbedaan baik etnisitas maupun afiliasi keagamaan, dan juga meningkatnya kekerasan. Ini Sudah mengarahkan jogjakarta seperti fasisme terselebung.

Bukan hanya kekerasan kebudayaan yang mengancam manusia, kekerasan dalam bentuk pembangunan juga sama sebagai bentuk state terrorisme di mana rezim tekhnokratis memberikan business opportunity terhadap pengembang bisnis properti, hotel, mall, apartemen yang meresahkan warga. Ada kemarahan publik menganggah yang direspon oleh Gubernur dan atau sultan sebagai praktik penipuan Walikota Jogja dan Bupati Sleman.

 

Citizenship vs Denizenship

Benarkah Jogja telah berubah dan berhenti nyaman? Faktor apa yang menyebabkan kedua hal tersebut terjadi di Jogya? Benarkah isu sektarianisme telah menggerogoti kenyamanan kota yang selama ini dianggap "kota toleran”? Bagaimana kontestasi antara dua konsep toleransi yang berbeda telah merubah lanskap Yogya sebagai kota yang toleran dan nyaman? Mengapa di era pembangunan yang terjadi dalam arus globalisasi dan modernisasi teknologi, cara pandang sektarian yang menciptakan gerakan Islam radikal justru tetap muncul dan makin menguat? Berapa kasus yang menunjukkan ada warganegara resmi yang seolah tak diakui sebagai warga Negara karena dianggap liyan (the others) terjadi setiap Hari di kota budaya ini?

Menurut data PBB, lebih dari 50% penduduk dunia tinggal di wilayah urban. Sudah menjadi rahasia umum pula bahwa ketimpangan-ketimpangan ekonomi yang mengerikan juga berakar di wilayah-wilayah urban. Alhasil, pembangunan yang disetir oleh pasar pun menuai banyak perlawanan. Perlawanan dengan terang-terangan atau sembunyi, Langsung dan tidak Langsung.

Kita belum tahu di Yogyakarta tapi yang jelas, perlawanan tak selalu identik dengan darah yang tumpah dan nyawa yang hilang. Kecil namun menggugah kesadaran masyarakat yang dilakukan dgn cara kreatif telah terbukti berhasil membawa transformasi sosial yang penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun